Letkol Jenderal KKO (Purn) Ali Sadikin

by -64 Views
Letkol Jenderal KKO (Purn) Ali Sadikin

Letnan Jenderal KKO (Purn.) Ali Sadikin adalah sosok yang sangat terkemuka dan terkenal di masa lalunya. Dia adalah tokoh unggulan di Marinir dan Angkatan Laut Indonesia. Ali Sadikin sangat terkemuka ketika pasukan Marinir Indonesia masih dikenal sebagai Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL).

Pak Ali Sadikin terkenal sebagai seorang perwira pertempuran yang sangat berani dan karismatik. Nama beliau sangat terkenal di seluruh negeri saat beliau menjadi komandan batalyon dengan pangkat kapten, pada usia muda 26 tahun.

Ia terlibat dalam pendaratan KKO di Minahasa, Sulawesi Utara dalam operasi penumpasan Permesta. Di sana, pasukan KKO melakukan pendaratan amfibi di luar Kota Manado. Kemudian batalyon yang dipimpin Ali Sadikin berhasil menjadi pelopor dan menjadi pendorong utama dalam perebutan Kota Manado dari pihak Permesta. Operasinya berlangsung hampir bersamaan dengan operasi RPKAD yang berhasil merebut lapangan terbang Mapanget, sekarang Bandara Sam Ratulangi.

Setelah Kota Manado direbut oleh pasukan TNI, tahap selanjutnya adalah gerakan TNI untuk menyusun dan merebut kedudukan-kedudukan Permesta di kedalaman Minahasa. Untuk mencapai kedalaman Minahasa dari Kota Manado, pasukan TNI harus naik ke sebuah ketinggian. Satu-satunya jalan menuju Minahasa tengah adalah melalui Kinilow, yang dapat ditempuh dalam waktu sekitar 45 menit dengan mobil dari Kota Manado.

Di Kinilow, terdapat sebuah jalan yang berbentuk huruf S yang terkenal – terletak di kaki Gunung Lokon. Di situlah pasukan TNI bergantian berusaha menembus pertahanan Permesta namun gagal. Setelah banyak upaya yang dilakukan namun tidak membuahkan hasil, pasukan Ali Sadikin diminta untuk ikut menyerang. Pasukan Ali Sadikin berhasil menembus dengan melewati jalur-jalur tikus untuk melingkupi daerah-daerah kritis dan menyerang pasukan Permesta dari belakang. Hal ini membuat pasukan Ali Sadikin berhasil merebut jalan S Kinilow, sehingga pasukan TNI secara keseluruhan dapat maju dengan cepat untuk merebut Tomohon dan kedudukan-kedudukan Permesta.

Atas prestasi tersebut, Ali Sadikin dinaikkan pangkat menjadi mayor. Setelah itu, berbagai prestasinya dalam medan pertempuran membuat Ali Sadikin menjadi Brigadir Jenderal KKO termuda pada saat itu. Dia dikenal sebagai ‘the boy general’, menjadi Jenderal KKO pada usia 35 tahun.

Keberhasilannya membuatnya menjadi salah satu favorit Bung Karno. Dalam perjalanan kariernya, ia pernah menjadi komandan KKO, Wakil Kepala Staf Angkatan Laut, Menteri Perhubungan Laut, Menteri Koordinator Kompartemen Maritim, dan Gubernur DKI.

Saya berkenalan dengan Pak Ali Sadikin saat beliau menjabat Gubernur DKI. Bapak saya, Profesor Soemitro, waktu itu adalah anggota kabinet Pak Harto sebagai Menteri Perdagangan. Pak Ali Sadikin dan bapak saya adalah teman akrab. Mereka sering makan siang bersama bergantian. Satu minggu di kantor Gubernur DKI, satu minggu di kantor Menteri Perdagangan.

Di sanalah saya mendengar bahwa Pak Ali Sadikin, Pak Mitro, Pak Muhammad Jusuf, dan Pak Ibnu Sutowo (Direktur Utama Pertamina) saat itu membentuk suatu kelompok perkawanan dalam pemerintahan. Mereka memiliki kesamaan pandangan, yaitu pandangan nasionalis, ingin ekonomi mandiri, dan ingin menegakkan ekonomi kerakyatan. Padahal, mereka berasal dari aliran politik yang berbeda.

Pak Ali Sadikin berasal dari tentara profesional (Angkatan Laut) dan dekat dengan Bung Karno. Pak Mitro dikenal sebagai kelompok anti Soekarno. Pak Muhammad Jusuf adalah dari TNI yang mendukung Pak Harto menjadi presiden. Ibnu Sutowo berasal dari TNI yang dekat dengan Nasution dan Ahmad Yani. Mereka menjadi sahabat karena memiliki orientasi yang sama, yaitu Indonesia yang kuat, Indonesia yang dapat berdiri secara mandiri.

Sumber: https://prabowosubianto.com/letnan-jenderal-kko-purn-ali-sadikin/

Source link