Pemilu Gagal, Kehilangan Semangat, Namun Bangkit Kembali

by -73 Views
Pemilu Gagal, Kehilangan Semangat, Namun Bangkit Kembali

Jakarta, CNBC Indonesia – Keterlibatan dalam pemilihan umum (pemilu) memerlukan modal besar, baik dalam lingkup regional maupun nasional. Para kandidat rela menghabiskan uang banyak agar dapat memenangkan kontestasi. Namun, uang yang banyak tidak menjamin kemenangan. Banyak orang telah menghabiskan uang banyak tetapi gagal dalam pemilu.

Sebagai hasilnya, harta lenyap dan jabatan tidak berhasil didapatkan. Kisah seperti ini tidak hanya terjadi pada masa sekarang, tetapi juga telah terjadi sejak masa lampau.

Salah satunya adalah kisah seorang pengusaha asal Brebes, Tjarab, yang menjadi sorotan harian Merdeka (28 Oktober 1978). Bagaimana ceritanya?

Pada awalnya, Tjarab adalah seorang petani sukses di Brebes. Pada sekitar tahun 1960-an, dia sudah memiliki 10 bis, kapal penangkap ikan, dua mobil, 200 hektar sawah, dan 30 hektar tambak garam. Selain itu, dia juga sedang membangun SPBU dengan nilai lebih dari Rp 250 juta. Berdasarkan hal ini, dia dikenal sebagai “tuan tanah”, atau bisa disamakan dengan crazy rich di masa kini.

Pada saat yang sama, keramaian Pemilu untuk memilih kepala desa baru membuat Tjarab tergoda. Dia ingin mencalonkan diri sebagai kepala desa untuk memperoleh kekuasaan dan jabatan.

Dengan modal uang yang melimpah, dia yakin bahwa dia dapat memenangkan kontestasi tersebut. Oleh karena itu, dia kemudian mencalonkan diri pada tahun 1966.

“Pada tahun 1966, dia mencalonkan diri dan untuk menarik dukungan, dia mengeluarkan dana hingga lebih dari Rp 2 juta,” tulis harian Merdeka. Tentu saja, jumlah uang Rp 2 juta pada tahun 1966 dengan inflasi di Indonesia mencapai 600% sangat fantastis. Sayangnya, meskipun telah mengeluarkan uang banyak, hasil Pemilu menyatakan bahwa Tjarab gagal. Hartanya telah habis banyak, dan jabatan pun tidak berhasil diraih.

Tidak hanya itu, dia juga diejek oleh banyak tetangga karena kekalahan yang memalukan tersebut. Dalam situasi seperti ini, dia memutuskan untuk tinggal sendirian di sawah sambil kembali bertani.

Namun, pikiran Tjarab menjadi kacau sejak itu. Dia tergoda untuk mencari kekayaan dengan cepat namun tidak terpuji, yaitu dengan berjudi. Akibatnya, peribahasa “Sudah jatuh tertimpa tangga” langsung terjadi padanya.

“Saya terlibat dalam perjudian hingga semua yang saya miliki habis, termasuk rumah dan sawah,” ujar Tjarab.

Meskipun terpuruk karena ikut dalam pemilu dan berjudi, dia tidak menyerah. Sisa-sisa harta, seperti sawah dan tambak, dimanfaatkan dengan baik untuk menjadi mesin pencari kekayaan. Dia bertaubat, tidak ingin berjudi lagi, dan memilih untuk fokus pada bertani. Dari situlah, dia perlahan mulai mendapatkan hasil besar dalam panen. Dengan satu panen, dia bisa mendapatkan untung sebesar Rp 250 juta.

Keberhasilan ini secara perlahan meningkatkan kekayaannya. Pada tahun 1970-an, harian Merdeka menyebut bahwa kekayaannya mencapai Rp 1 miliar, sebuah jumlah yang fantastis untuk zamannya.

Dia kemudian mendirikan perusahaannya sendiri dengan nama PT Sumber Bawang pada tahun 1977 yang bergerak di bidang pertanian, perikanan, dan transportasi. Meskipun telah menjadi kaya raya di Brebes, Tjarab tidak ingin mewariskan harta kekayaan kepada anak-anaknya.

“Anak-anak saya harus bekerja jika mereka ingin hidup bahagia dan sejahtera,” katanya.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya
Belajar dari Mike Tyson: Harta Rp10 T, Pensiun Bangkrut
(mfa/mfa)