Pabrik Sepatu Bata Ditutup karena Ternyata Sepatu Merek Eropa, Bukan Buatan Indonesia

by -98 Views
Pabrik Sepatu Bata Ditutup karena Ternyata Sepatu Merek Eropa, Bukan Buatan Indonesia

PT Sepatu Bata Tbk (BATA) mengumumkan penutupan pabriknya yang berada di Purwakarta. Produsen sepatu ini mengaku berat menjalankan operasional buntut rugi yang membengkak. Keputusan ini membuat 230 buruh yang terdampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Terlepas dari masalah yang mendera sepatu Bata, belum banyak orang tahu bahwa Bata bukan merek sepatu asal Indonesia. Faktanya, sepatu Bata merupakan produk Eropa tepatnya dari Ceko. Kata “Bata” justru diambil dari pendiri sekaligus pembuatnya, yakni Tomas Bata.

Tomas adalah pengusaha asal Ceko. Bermodalkan pinjaman ibu sebesar US$ 350, dia dan saudara-saudaranya mendirikan pabrik sepatu Bata di Zlin pada 24 Agustus 1894. Sejak itu, dia kerap berkelana mencari inspirasi pembuatan sepatu. Ia pun belajar mencari mesin pembuat sepatu.

Tercatat dia mengunjungi New England (Amerika Serikat/AS) untuk belajar membuat sepatu dengan mendaftarkan diri menjadi buruh sepatu pabrik. Barulah ketika sudah cukup ilmu dia kembali ke Ceko untuk mempraktikan seluruhnya.

Beruntung, ketika dia pulang kampung, Eropa mengalami perang yang dikenal sebagai Perang Dunia I (1914-1918). Berkat peristiwa itu, Bata mendapat order sepatu tentara dalam skala besar.

Menurut The Encyclopedia of the Industrial Revolution in World History (2014), diketahui Bata mampu memproduksi 50 ribu sepatu selama periode perang. Dari keuntungan itu Bata mampu berekspansi ke berbagai negara.

Bata memulai dari Swiss, lalu ke Inggris, Prancis, Belanda, Kanada, sampai negeri di Timur bernama Hindia Belanda. Jejak Bata di Hindia Belanda terdeteksi pada 1931 lewat pendirian gudang impor sepatu Bata di Tanjung Priok.

Sebagaimana dipaparkan Entrepreneur Extraordinary: Biography of Tomas Bata (1968), lisensi perusahaan Bata dipegang oleh NV Nederlandsch Indische Schoenhandel Maatschappij Bata. Sayang, Tomas tidak bisa melihat kesuksesan Bata di Hindia Belanda dalam waktu lama karena terpaksa meregang nyawa di kecelakaan pesawat pada 1932.

Kendati demikian, bisnis Bata tetap berjalan dipegang oleh anaknya. Dan di Hindia Belanda, Bata rupanya sukses menjadi ‘raja sepatu’ usai mendirikan pabrik sepatu Bata di Kalibata, pada 1939.

Sejak itulah Bata tetap eksis, apapun tantangannya. Bahkan, di masa-masa sulit pun Bata tidak tutup.

Tak hanya dimiliki rakyat jelata, Sukarno pun tercatat menjadi pengguna sepatu Bata. Menurut kesaksian ajudannya, Maulwi Saelan dalam memoar berjudul Dari Revolusi ’45 sampai Kudeta ’66: kesaksian Wakil Komandan Tjakrabirawa (2001), diketahui proklamator itu punya 3 dus sepatu Bata berisi 3 pasang sepatu untuk olahraga.

Eksistensi Bata pun tetap bertahan hingga saat ini. Produk Bata di seluruh dunia berada di bawah jaringan internasional Bata Shoe Organization. Di Indonesia, lisensi Bata dipegang oleh PT Sepatu Bata Tbk (BATA). Merk ini juga memegang lisensi untuk merek lainnya, seperti North Star, Power, Bubblegummers, Marie-Claire, dan Weinbrenner.