Mayoritas orang membayangkan hidup di istana akan diselimuti keistimewaan. Segala permintaan akan dituruti. Tak heran, orang ingin berlomba-lomba untuk berada di istana.
Namun, kisah yang berbeda datang dari pangeran Sunda Kerajaan Pakuan, Bujangga Manik. Meskipun hidup enak di istana, dia justru tidak betah dengan kemewahan tersebut. Akhirnya, dia memilih pergi menjelajahi Jawa dan hidup sederhana seperti rakyat biasa.
Bujangga Manik adalah Pangeran Kerajaan Sunda Pakuan yang hidup sekitar tahun 1490-an. Meskipun tumbuh besar di Istana Raja yang berada di Gunung Salak, Bujangga Manik tidak terlena dengan kemewahan tersebut. Baginya, kehidupan istana yang diselimuti kemakmuran dan keistimewaan hanya dinikmati oleh segelintir orang di lingkaran kekuasaan. Banyak masyarakat di luar sana yang hidup dalam kesulitan, bahkan ada yang menjadi budak. Hal ini membuat Bujangga Manik tidak betah dan akhirnya memutuskan untuk pergi meninggalkan istana.
Setelah kembali ke istana dan mengalami hal yang tidak enak, Bujangga Manik memutuskan untuk meninggalkan istana selamanya. Banyak orang menganggapnya aneh dan gila, namun Bujangga Manik tetap teguh dengan keputusannya.
Dia pergi jalan kaki ribuan kilometer demi menjalani kehidupan yang sederhana sebagai petapa. Dari Pakuan, dia pergi ke Jawa Tengah hingga Bali, dan kembali ke arah Jawa Barat. Akhirnya, Bujangga Manik wafat di kaki Gunung Patuha.