Pabrikan mobil Jerman, Volkswagen (VW), mengalami ketegangan internal di negaranya dan mengalami penurunan penjualan di Indonesia.
Dalam sebuah pernyataan tertulis, CEO Volkswagen Group Oliver Blume mengatakan bahwa perusahaan akan melakukan restrukturisasi menyeluruh sebagai tanggapan terhadap memburuknya situasi ekonomi dan masuknya pesaing baru ke pasar Eropa.
Blume menyatakan, “Lingkungan ekonomi menjadi lebih sulit, dan pesaing baru memasuki pasar Eropa. Selain itu, Jerman sebagai lokasi manufaktur juga semakin tertinggal dalam hal daya saing.”
Sebagai respon terhadap kondisi tersebut, perusahaan akan melakukan restrukturisasi untuk meningkatkan efisiensi, dengan rencana penutupan pabrik di lokasi produksi kendaraan dan komponen.
Di Indonesia, penjualan unit VW mengalami penurunan signifikan. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan VW di dalam negeri hanya mencapai puluhan unit dalam satu tahun, dan penjualan secara total hanya 2 unit pada bulan Juli 2024.
Kondisi saat ini VW kontras dengan masa lalunya ketika mobil ini menjadi terlaris di dunia dan dijuluki sebagai mobil rakyat.
Kisah VW dimulai dari ide awal Kanselir Jerman, Adolf Hitler, yang ingin menciptakan mobil yang murah, cepat, dan tahan lama sehingga dapat dimiliki oleh rakyat. Volkswagen didirikan pada 28 Mei 1937 di Berlin, Jerman, dan berarti “mobil rakyat” dalam bahasa Indonesia.
Meskipun terhambat oleh Perang Dunia II, pabrik Volkswagen berhasil diselamatkan dan ide mobil rakyat dilanjutkan pasca perang. Dengan dukungan pemerintah, VW menjadi pemimpin pasar ketika mobil sipil pertamanya diperkenalkan pada 1949.
Volkswagen terus berkembang dengan berbagai seri mobil dan menjadi ikon Jerman. Pada 2016, penjualan VW melampaui Toyota, tetapi pada 2024, penjualan VW mengalami penurunan akibat dinamika ekonomi dan persaingan.