Anak Petani Miskin Sukses Membawa China Menuju Kemenangan Tanpa Tanding!

by -51 Views
Anak Petani Miskin Sukses Membawa China Menuju Kemenangan Tanpa Tanding!

Jakarta, CNBC Indonesia – China telah lama eksis di muka bumi dengan sejarah yang sangat panjang. Akan tetapi, sejarah panjang tersebut diwarnai dengan dinamika yang sengit: perang saudara, perselisihan elit, invasi bangsa asing, dan sebagainya.

Beruntung semua konflik tersebut reda ketika seorang anak petani miskin bernama Mao Zedong memproklamirkan negara baru yang bernama Republik Rakyat China pada 1 Oktober 1949. Mao berhasil mempersatukan seluruh rakyat China di bawah bendera negara komunis terbesar di dunia.

Sejak saat itu, China pun memperingati tanggal 1 Oktober sebagai Hari Nasional (China National Day). Untuk perayaan tersebut, China memberlakukan hari libur selama 7 hari tahun ini.

Lantas, bagaimana seorang anak petani miskin bisa mendirikan dan mengantarkan China berjaya?

Sejak lahir pada 26 Desember 1893, Mao Zedong sudah sangat akrab dengan kemiskinan dan ketidakadilan sosial. Dia melihat bangsawan China hidup enak di istana, sementara rakyat kecil seperti dirinya hidup dalam kesengsaraan.

Dari situlah, Mao bertekad untuk melakukan perubahan. Satu-satunya cara adalah dengan bersekolah, meskipun sempat putus-nyambung karena faktor biaya. Tekad tersebut semakin kuat ketika dia terlibat dalam revolusi yang digagas oleh tokoh nasionalis Sun Yat Sen.

Sun Yat Sen berhasil meruntuhkan Kerajaan China yang telah eksis selama ribuan tahun dan menggantikannya dengan Republik China. Namun, pendirian Republik China tidak disukai oleh Mao.

Mao, yang sudah terpapar oleh paham komunisme Rusia, melihat bahwa Sun Yat Sen tidak memihak kepada para petani. Sebaliknya, Sun lebih mendukung kaum kapitalis dan bangsawan. Rakyat kecil, seperti petani, buruh, tukang becak, dan guru, tidak mendapat perhatian.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam buku History of China (2015), Mao muda mendorong para petani dan kelompok masyarakat kecil untuk melakukan revolusi babak kedua. Kali ini, dia bergerak bersama Partai Komunis China (PKC) yang dibentuk pada tahun 1921.

Revolusi yang dipimpin oleh Mao dan didukung oleh Kuomintang kemudian memunculkan konflik dengan pemerintah. Singkat cerita, Mao berhasil menggulingkan pemerintah dan militer. Namun, setelah itu terjadi Perang Saudara antara PKC dan Kuomintang.

Perselisihan antara PKC dan Kuomintang sangat sengit. Kedua pasukan saling menyerang demi mengukuhkan posisi mereka di China. Mao, yang didukung oleh kelompok kecil, akhirnya berhasil menguasai negeri.

Pada 1 Oktober 1949, Mao menyatakan berdirinya Republik Rakyat China. Sementara lawannya, Kuomintang, terpaksa tinggal di pulau kecil yang sekarang dikenal sebagai Taiwan. Ketika menjadi pemimpin tertinggi, Mao ingin China berjaya di bidang ekonomi, namun tidak dengan kapitalisme melainkan dengan sosialisme.

Caranya adalah melalui kampanye Lompatan Hebat ke Depan (Great Leap Forward). Kampanye ini menekankan produksi dalam industri baja daripada sektor pertanian. Secara besar-besaran, para petani beralih ke sektor industri. Petani diizinkan untuk menanam, asal sesuai dengan proyeksi pemerintah.

Melalui cara ini, kekayaan yang terpusat atau yang terkonsentrasi di daerah-daerah kemudian didistribusikan hingga ke rakyat miskin di daerah terpencil. Akibatnya, kesenjangan ekonomi menjadi hampir nol di China.

Namun, kebijakan ini juga berdampak buruk karena menyebabkan kematian 20 juta orang karena kelaparan, sehingga dianggap sebagai kegagalan. Setelah itu, Mao menciptakan Revolusi Kebudayaan pada tahun 1966 sebagai upaya untuk memobilisasi kaum muda dalam melawan kapitalisme dan feodalisme.

Namun, program ini juga gagal. Singkat cerita, kegagalan yang berulang membuat pengaruh Mao semakin menurun. Mao sendiri meninggal pada 9 September 1976. Setelahnya, China dipimpin oleh Deng Xiaoping yang membawa China menuju era modernisasi.

Meskipun banyak kegagalan, eksistensi China saat ini tidak terlepas dari usaha penyatuan dan kontrol yang kuat berkat peran Mao Zedong, seorang anak petani miskin, ketika mendirikan negara komunis pada 1 Oktober 1949.

(mfa/mfa)