Rahasia Wilayah RI yang Mampu Maju Tanpa Pajak, Temukan Caranya!

by -25 Views
Rahasia Wilayah RI yang Mampu Maju Tanpa Pajak, Temukan Caranya!

Jakarta, CNBC Indonesia – Pajak menjadi salah satu instrumen kebijakan yang digunakan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan suatu wilayah atau negara. Melalui pajak, negara mengumpulkan uang dari rakyat atas transaksi, kepemilikan aset atau barang, dan lain sebagainya.

Di sisi lain, tagihan pajak seringkali membuat masyarakat kesulitan. Namun, ada satu wilayah di Indonesia yang mampu mendapatkan pendapatan melimpah tanpa memungut pajak dari rakyat. Wilayah tersebut adalah Palembang.

Namun, kejadian ini terjadi pada masa lampau, sekitar 244 tahun yang lalu atau pada abad ke-18. Ketika itu, penjelajah William Marsden dalam “History of Sumatra” (1966) menyoroti Kesultanan Palembang yang dipimpin Sultan Baddaruddin dan menjadi salah satu kesultanan terkaya.

Meskipun demikian, Marsden melihat bahwa kekayaan tersebut tidak didapatkan dari pungutan pajak seperti kesultanan-kesultanan pada umumnya. Para bangsawan dan rakyat justru enggan membayar pajak kepada kesultanan.

Namun, ketidakinginan rakyat dan bangsawan untuk membayar pajak tidak menjadi masalah bagi kesultanan. Mereka memperoleh pendapatan melimpah bukan melalui pajak, melainkan dari perdagangan lada dan timah.

Sejak VOC didirikan pada tahun 1602, lada Palembang menjadi primadona di dunia seiring dengan meningkatnya permintaan rempah tersebut di Eropa. VOC sangat berambisi untuk mengendalikan perdagangan lada dengan Kesultanan Palembang.

Ambisi ini membawa VOC berhasil menguasai monopoli perdagangan lada di Palembang. Ketika hal ini terjadi, kesultanan Palembang dan para pedagang lada lokal memperoleh banyak uang dari perdagangan.

Meski begitu, monopoli lada oleh VOC tidak berjalan lancar, karena terjadi perdagangan ilegal oleh masyarakat yang menjual lada ke pihak lain di luar VOC.

Palembang juga menjual timah yang diperoleh dari Bangka. Timah di masa kolonial digunakan untuk pembuatan logam dan persenjataan. Setiap tahun, penjualan timah kepada Belanda mencapai 1.250 ton per tahun.

Berkat perdagangan lada dan timah, Kesultanan Palembang dan masyarakatnya menjadi sangat kaya. Banyak dari mereka memiliki perhiasan berharga. Kesaksian Alfred Russel Wallace yang berkunjung ke Palembang pada tahun 1861 menjadi bukti kekayaan tersebut.

Kala itu, Wallace melihat banyak perempuan dan anak-anak menggunakan perhiasan perak di berbagai bagian tubuh.

Dari sejarah Kesultanan Palembang, dapat disimpulkan bahwa sebuah wilayah dapat menjadi kaya tanpa memungut pajak dari rakyat. Kuncinya adalah kesuksesan dalam perdagangan komoditas lokal.