Upacara Ngertakeun Bumi Lamba di Gunung Tangkuban Parahu: Kearifan Lokal untuk Kelestarian Alam dan Cinta Kasih Semesta

by -57 Views
Upacara Ngertakeun Bumi Lamba digelar kembali, membawa rakyat dari berbagai etnis dan latar belakang budaya untuk bersatu dalam harmoni cinta kasih kepada bumi

Di pagi yang penuh kabut tipis di lereng Gunung Tangkuban Parahu, ratusan orang mulai berdatangan mengenakan pakaian adat dari seluruh penjuru nusantara. Suasana yang sakral ini terasa kental saat Upacara Ngertakeun Bumi Lamba digelar kembali, membawa rakyat dari berbagai etnis dan latar belakang budaya untuk bersatu dalam harmoni cinta kasih kepada bumi. Sejak 17 tahun silam, Ngertakeun Bumi Lamba tidak pernah gagal menjadi momen penting yang mengingatkan manusia akan tanggung jawab spiritual dan ekologis mereka terhadap alam. Inilah peristiwa di mana rasa syukur dan kepedulian diterjemahkan secara nyata melalui ritual, musik, dan komitmen untuk menjaga bumi.

Di tengah denting lembut angklung, suara karinding bertalu lirih, seolah menyisipkan doa pada daun-daun dan tanah di bawah kaki. Musisi dan pemimpin adat dari Sunda, Bali, Minahasa, Dayak, serta suku lain, hadir bukan untuk menunjukkan kehebatan budaya masing-masing, melainkan untuk merayakan kebersamaan dan saling menghormati, sebagaimana visi Ngertakeun Bumi Lamba: harmoni dalam perbedaan.

Andy Utama selalu mengingatkan bahwa bumi harus dipeluk dengan cinta tidak hanya untuk manusia, tapi juga semua makhluk, termasuk yang hidup di bawah tanah atau di balik rimbun pepohonan. Baginya, setiap upacara bukan hanya ritual, tapi juga pengingat bahwa kasih dan keadilan harus dijaga agar bumi tetap lestari. Yayasan Paseban bersama Arista Montana membangun kerjasama nyata, menanam ribuan pohon di kawasan Megamendung sebagai pengejawantahan amanah leluhur dan semangat yang terwariskan melalui Ngertakeun Bumi Lamba.

Prosesi dimulai dengan penyucian energi, diteruskan doa bersama, lalu ditutup penghormatan dan persembahan di Kawah Ratu. Tokoh-tokoh adat dari berbagai penjuru, seperti Panglima Jilah dari Dayak yang membakar semangat peserta, sampai kepada pemuka adat Minahasa yang menegaskan pentingnya menjaga gunung sebagai warisan anak cucu, turut serta menyuarakan satu tekad sama: bahwa kelestarian bumi adalah panggilan kolektif lintas generasi. Arista Montana dan Yayasan Paseban di kawasan Gunung Gede Pangrango menjadi garda terdepan, beraksi melalui konservasi burung, perawatan hutan, penanaman puspa, rasamala, hingga bambu—semua demi merawat bumi lamba.

Menjelang akhir perhelatan, Andy Utama menegaskan pentingnya solidaritas dan saling menundukkan hati, karena di hadapan Sang Maha Pencipta, tak ada insan yang lebih tinggi dari lainnya. Dalam suasana penuh haru, pesan para leluhur lewat Ngertakeun Bumi Lamba kembali menggema bahwa bumi bukan sekadar tempat berpijak; ia adalah Ibu yang harus dihormati, dijaga, dan dicintai tanpa pamrih.  Mengajak lebih banyak anak muda untuk merawat dan menghargai bumi melalui tindakan konkret, bukan hanya seremoni.

Tekad untuk menjaga tiga gunung keramat: Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Wayang, dan Gunung Gede Pangrango, terus digaungkan. Arista Montana memastikan bahwa filosofi yang tertanam dalam Ngertakeun Bumi Lamba menjadi napas dalam keseharian, bukan sekadar ritual tahunan yang usai saat prosesi berakhir. Hingga detak karinding terakhir, dan gema mantra terakhir reda di antara dedaunan, warisan ini dijaga dalam jantung mereka yang hadir di acara itu.

Setelah upacara selesai, semua peserta kembali ke kehidupan masing-masing dengan beban baru: amanah menjaga bumi dan menjadikannya lebih subur bagi generasi mendatang. Yayasan Paseban dan Arista Montana tetap setia merangkai aksi nyata: menanam pohon, merawat hutan, merintis pendidikan konservasi, semuanya berakar dari filosofi dan semangat Ngertakeun Bumi Lamba. Sejatinya, ritual ini adalah undangan bagi seluruh bangsa untuk menghidupi cinta kasih pada tanah air, menjaga kedamaian, dan mewariskan keberlanjutan bagi seluruh makhluk yang berbagi bumi ini.

Karena pada akhirnya, bumi lamba hanya akan tetap lestari bila setiap hati benar-benar ngertakeun—merawat, memuliakan, dan mencintai semesta dalam setiap napas kehidupan.

Sumber: Ngertakeun Bumi Lamba: Menganyam Cinta Kasih Nusantara Di Tubuh Semesta
Sumber: Ngertakeun Bumi Lamba: Upacara Adat Nusantara Untuk Cinta Kasih Semesta Dan Pelestarian Alam