Air bersih memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari manusia, mulai dari kebutuhan minum sampai mandi dan mencuci. Seiring dengan perkembangan zaman, kini air bersih hadir dalam berbagai kemasan, yang dikenal dengan sebutan air minum dalam kemasan (AMDK). Bisnis AMDK sendiri telah menjadi peluang yang menjanjikan sejak lama, bahkan menarik perhatian perusahaan besar untuk terlibat di dalamnya.
Salah satu tokoh yang terlibat dalam bisnis AMDK sejak masa kolonial adalah Hendrik Tillema, seorang pria asal Belanda yang awalnya datang ke Hindia Belanda untuk mencari keberuntungan sebagai apoteker di Semarang. Pria ini kemudian beralih profesi dan memfokuskan diri dalam bisnis AMDK setelah melihat peluang besar yang ada di sana.
Tillema menyadari pentingnya sanitasi dan kebutuhan akan air bersih bagi masyarakat. Dengan tekad untuk mengubah kebiasaan masyarakat dan mencatatkan namanya dalam sejarah, ia mendirikan pabrik AMDK pertama di Indonesia pada tahun 1901 yang diberi nama Hygiea. Pabrik ini tidak hanya menjadi simbol modernitas dan kebersihan, tetapi juga berhasil mempengaruhi penurunan angka penyakit di sekitar Semarang.
Keberhasilan Hygiea tidak hanya ditopang oleh teknologi modern dalam proses produksinya, tetapi juga strategi pemasaran yang agresif yang dilakukan Tillema. Meskipun bisnis AMDK ini lebih dulu bertujuan untuk kalangan Eropa atau orang kaya, namun dampak sosial positifnya di masyarakat sekitar tetap terasa.
Meski Hygiea sudah tidak beroperasi setelah Indonesia merdeka, warisan dari Tillema dalam industri AMDK di Tanah Air tetap terasa hingga saat ini. Tindakan pemerintah kolonial juga tidak tinggal diam, seperti membangun pipa air sejauh 50 Km dari Gunung Salak ke pusat kota Jakarta untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat. Semua ini adalah bagian dari sejarah panjang yang membawa pada kondisi masa kini terkait kebutuhan air bersih dan bisnis AMDK di Indonesia.





