Ketika anggota keluarga atau teman dekat meninggal, tangisan dan air mata adalah bentuk dari ekspresi berduka. Tapi, bagaimana jika tidak ada tangisan dan air mata dalam acara kematian?
Di negara Asia Timur, seperti China dan Taiwan, ada bisnis unik dan nyeleneh yang disebut pelayat profesional. Mereka dibayar untuk menangis sejadi-jadinya di pemakaman. Ini terjadi karena di sana, dalam acara persemayaman dan pemakaman, keluarga memberi waktu khusus kepada anggota keluarga dan teman untuk memberi ucapan belasungkawa dan mendoakan mendiang.
Namun, tidak semua orang bisa datang ke acara tersebut karena anggota keluarga tersebar di banyak tempat. Oleh karena itu, keluarga memperbolehkan orang lain yang tidak dikenal untuk datang dan menangis untuk mendiang, dengan imbalan pembayaran.
Seorang perempuan asal Taiwan, Liu Chun-Lin, adalah seorang pelayat profesional. Dia dulu hidup dalam kemiskinan, namun setelah menjadi pelayat profesional, dia meraup penghasilan fantastis, bisa mencapai sekitar Rp 9 juta sekali acara.
Tak hanya Liu, perempuan lain dari China, Dingding Mao, juga meraih kesuksesan dalam profesi ini. Dia tidak hanya menangis, tetapi juga memberikan hiburan di acara pemakaman, meraup keuntungan yang besar.
Ini memberi inspirasi di negara lain, seperti Ghana, di mana industri pemakaman menjadi salah satu sektor bisnis besar, dengan untung puluhan dolar hingga ratusan juta rupiah per acara.
Meskipun masih belum ada profesi pelayat profesional di Indonesia, melihat potensi cuan yang besar, tidak menutup kemungkinan bisnis ini bisa berkembang di Indonesia suatu saat nanti.