Pedagang China Menjual Kopi dengan Nomaden dan Mendominasi Pasar Indonesia

by -76 Views
Pedagang China Menjual Kopi dengan Nomaden dan Mendominasi Pasar Indonesia

Banyak yang mempercayai bahwa sejarah kopi bubuk sachet merek Kapal Api bermula pada tahun 1927. Meskipun tahun permulaan sejarah kopi Kapal Api tersebut tidak pasti, namun dapat dipastikan bahwa Go Soe Loet adalah tokoh penting dalam sejarah kopi Kapal Api ini. Go Soe Loet adalah seorang perantau asal Fujian, China. Seperti kebanyakan orang China lainnya, ia meninggalkan tanah kelahirannya karena adanya huru-hara, dan akhirnya menetap di Indonesia. Pada tahun 1920-an, ia tiba di Surabaya dan langsung memulai usaha kopi rumahan. Dalam usaha ini, ia sangat selektif dalam memilih biji kopi, memastikan bahwa kualitasnya adalah yang terbaik. Biji kopi tersebut kemudian digoreng dan ditumbuk hingga menjadi bubuk, dan siap dijual ke pasar.

Menurut Muhammad Ma’ruf dalam bukunya “50 Great Business Ideas From Indonesia” (2010:31), Go Soe Loet harus bersaing keras di pasar karena kopi yang ia jual memiliki banyak pesaing di pasar Jawa Timur. Untuk membedakan diri dari pesaing, Go Soe Loet mengemas kopinya dengan kertas berwarna coklat dan memberinya merek HAP Hootjan yang memiliki arti kapal api. Penamaan ini diambil dari pengalamannya menggunakan kapal api bertenaga uap ke Jawa.

Meskipun bisnisnya sempat terhenti, anaknya, Go Tek Whie atau yang kemudian dikenal sebagai Soedomo Mergonoto, berhasil mengubah nama merek dagang HAP Hootjan menjadi Kapal Api pada 1970-an. Ia juga berhasil memperbaiki mesin pengolahan kopi dan mengembangkan bisnis tersebut. Pada 1985, kopi Kapal Api sudah diekspor ke beberapa negara di luar Indonesia seperti Timur Tengah, Taiwan, Hongkong, dan Malaysia. Keberhasilan ini membuat Soedomo semakin sukses dan dijuluki sebagai crazy rich Surabaya.

Selain kopi Kapal Api, Soedomo juga memproduksi kopi susu bermerek kopi ABC, dan merambah ke bisnis kedai kopi dengan membuka gerai Excelso pada tahun 1992. Produk lain dari perusahaannya antara lain Good Day, Ceremix, dan Permen Relaxa. Keberhasilan ini membuat perusahaannya mengklaim telah menguasai 60% pasar kopi dan untung triliunan.

Artikel ini disusun oleh tim redaksi (mfa).