Kereta Api (KA) Turangga dan KA Lokal Bandung Raya mengalami tabrakan pada Jumat (5/1/2024) pagi. Tabrakan terjadi di jalur Haurpugur-Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Sampai saat ini, evakuasi masih dilakukan dan dilaporkan bahwa setidaknya tiga orang tewas, termasuk masinis, asisten masinis KA Bandung Raya, dan pramuraga KA Turangga.
Peristiwa ini menjadi kejadian tragis di jalur legendaris dan bersejarah Haurpugur-Cicalengka, yang sudah ada sejak 140 tahun lalu atau lebih tua dari usia kemerdekaan Indonesia.
Sejarah jalur Haurpugur-Cicalengka tidak terlepas dari bisnis perkebunan pada masa kolonialisme Belanda. Itu terjadi karena peningkatan hasil produksi dan ekspor di Hindia Belanda, yang disebabkan oleh tanam paksa pada tahun 1830-1870 dan kebijakan liberalisasi pada tahun 1870. Untuk mempermudah proses distribusi, pemerintah kolonial membangun jalur kereta api, termasuk jalur Haurpugur-Cicalengka.
Jalur ini adalah bagian dari rute yang membelah Jawa Barat, dari Batavia-Bogor-Bandung-Cicalengka. Daerah tersebut merupakan pusat perkebunan swasta di Tanah Priangan. Sebagai contoh, Cicalengka adalah pusat perkebunan kopi, teh, kina, dan tembakau.
Pada tahun 1878, pemerintah kolonial membangun jalur ini melalui perusahaan BUMN Staatsspoorwegen. Rute lengkapnya meliputi Bogor-Cicurug-Sukabumi-Cianjur-Bandung-Cicalengka. Seluruh rute tersebut baru beroperasi pada 10 September 1884, atau 140 tahun yang lalu.
Seiring berjalannya waktu, stasiun-stasiun kereta api baru dibangun untuk mengangkut hasil pertanian di antara Bandung dan Cicalengka. Pada tanggal 20 Februari 1889, Stasiun Haurpugur mulai beroperasi.
Meski awalnya jalur kereta api ini hanya untuk memudahkan eksploitasi kolonial, fungsi jalur tersebut bergeser seiring berjalannya waktu. Keberadaan jalur kereta api mampu mengintegrasikan ekonomi di dataran tinggi dan dataran rendah di Priangan, sehingga bisa mendukung perekonomian warga sekitar.
Berita ini disiarkan oleh CNBC Indonesia.