Kok Bisa Orang Ini Cuan Rp 585 T Karena Typo Nama Toko?

by -52 Views
Kok Bisa Orang Ini Cuan Rp 585 T Karena Typo Nama Toko?

Kisah Sukses Tadashi Yanai, Pendiri Uniqlo

Jakarta, CNBC Indonesia – Ini adalah kisah Tadashi Yanai. Dia pendiri toko baju ternama dunia, yakni Uniqlo. Namun, belum banyak orang tahu bahwa kejayaannya di Uniqlo bermula dari kesalahan memberi nama toko. Bagaimana bisa?

Typo Nama Toko Bawa Berkah

Sejak kecil, hidup Tadashi Yanai tidak begitu sulit. Dia tumbuh besar di keluarga cukup berada. Sebab, bapaknya memiliki toko pakaian pria bernama Ogori Shoji, di Ube, Yamaguchi Jepang. Berkat itu pula dia bisa bersekolah sampai jenjang universitas.

Meski menjadi pewaris bisnis keluarga, pria kelahiran 7 Februari 1949 itu tidak langsung mengurusi toko Ogori Shoji. Dia malah menjadi sales di Supermarket Jusco selama tahun sebelum akhirnya keluar atas desakan bapaknya. Barulah selanjutnya dia turun gunung membesarkan toko baju bapaknya itu tepat di tahun 1984.

Turun gunung-nya Yanai dibarengi juga oleh pembukaan toko baju bernama Unique Clothing Warehouse yang disingkat Uniclo. Uniclo khusus menjual pakaian olahraga pabrikan ternama asal Amerika Serikat (AS) seperti Nike dan Adidas. Akibat warga Jepang saat itu sedang gandrung terhadap produk AS, praktis Uniclo yang menjual barang dengan harga murah pun laris-manis.

Imbasnya, di Jepang, Uniclo sudah ada dimana-mana. Namun, saat ingin ekspansi ke luar negeri terjadilah satu peristiwa yang mengubah perjalanan hidup Yanai dan Uniclo.

Mengutip South China Morning Post (SCMP), cerita bermula saat Yanai hendak ekspansi ke Hongkong pada 1988. Ketika melakukan proses administrasi untuk legalitas perusahaan, salah satu staff salah menuliskan nama toko. Dari sebelumnya “Uniclo” menjadi “Uniqlo”.

Yanai baru mengetahui kesalahan itu setelah toko di Hong Kong memajang nama Uniqlo bukan Uniclo di depan gerainya. Pikirnya, daripada ribet mengubah nama toko di Hong Kong karena sudah terlanjut ter-branding, lebih baik mengubah seluruh nama toko yang ada. Termasuk mengubah nama perusahaan. Alhasil, Yanai melakukan pergantian nama di seluruh gerai Uniclo di Jepang menjadi Uniqlo.

Tak disangka, perubahan nama itu justru menjadi berkah. Gerai Uniqlo ibarat virus. Ini menyebar sangat cepat dalam waktu cukup singkat. Sampai tahun 1998 saja, Uniqlo sudah memiliki 300-an toko.

Kendati demikian, Yanai tak puas. Dia tak mau Uniqlo hanya menjual barang-barang produk dari perusahaan lain. Dia ingin Uniqlo seperti H&M, Marks & Spencer, Esprit dan produk Eropa lain yang memproduksi pakaian sendiri. Lantas, mengutip situs ABC, Yanai berkonsultasi dengan John Jay, pakar periklanan.

Kata Jay, Uniqlo sebaiknya membuat baju yang diperuntukkan untuk orang Asia. Apabila merek-merek Eropa yang sudah disebut sebelumnya menjual barang untuk orang Eropa, maka Uniqlo harus membuat baju sesuai karakteristik Asia. Selain itu perusahaannya juga diharuskan untuk membuat baju menggunakan teknologi yang membuat pengguna merasa cocok.

Sebagaimana dituliskan Fast Company, dari nasehat inilah Uniqlo membuat tiga jenis produk baju antara lain pakaian sangat ringan (lightweight), pakaian untuk cuaca dingin dan membuat suhu tetap panas (heat tech), dan pakaian yang adem (airism). Tak disangka seluruh ketiga jenis produk itu laku di pasar Asia.

Bagi orang Asia yang sering beraktivitas maka mereka membeli kategori lightweight. Bagi penduduk tropis seperti Indonesia maka mereka membeli produk airism. Begitu pula penduduk Asia beriklim dingin, maka mereka membeli heat tech.

Ketiga kategori inilah yang menjadi kunci sukses penjualan Uniqlo. Berkat inovasi ini pula, dalam laman resminya, Uniqlo memiliki 2.394 gerai di seluruh dunia. Di Indonesia saja ada 63 toko. Semuanya tergabung di bawah bendera Fast Retailing.Co milik Yanai.

Atas besarnya bisnis Uniqlo, kini Yanai dinobatkan Forbes sebagai orang terkaya nomor satu di Jepang. Sedangkan Bloomberg International Index menempatnya di urutan ke-35 sebagai orang terkaya di dunia. Tercatat, harta kekayaanya mencapai US$ 38,6 miliar atau setara Rp 585 triliun.