Digitalisasi BRI Membantu Perempuan Mendapatkan Akses Keuangan dengan Mudah

by -83 Views
Digitalisasi BRI Membantu Perempuan Mendapatkan Akses Keuangan dengan Mudah

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk melalui inisiatif Mekaar (Membina Perekonomian Keluarga Sejahtera) turut berkontribusi terhadap tingkat literasi dan inklusi keuangan perempuan di Indonesia. Melalui inisiatif itu, banyak perempuan Indonesia berhasil mendapatkan akses keuangan untuk membangun usahanya.

Diketahui pada 2022 tingkat literasi keuangan perempuan mencapai 50,33% sementara laki-laki mencapai 49,05%. Sedangkan untuk tingkat inklusi keuangan, perempuan berada di angka 83,88% pada 2022 atau hanya berbeda tak lebih dari 3% dibandingkan laki-laki yang mencapai 86,28%.

Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan bahwa Mekaar telah berhasil membangun landasan inklusi keuangan dengan memanfaatkan sumber daya digital BRI. Di mana Mekaar mengembangkan ekosistem non-tunai dengan pencairan pinjaman ke rekening tabungan.

“Program ini berhasil mengumpulkan 10 juta rekening tabungan baru hanya dalam waktu dua tahun, meningkatkan ketahanan ekonomi anggota kelompok, dan memungkinkan mereka memiliki data keuangan yang akan memberikan jalur menuju pembiayaan yang lebih besar seiring dengan pertumbuhan bisnis mereka,” ungkap Sunarso.

Untuk diketahui Mekaar, yang dioperasikan di bawah lembaga keuangan mikro PT Permodalan Nasional Madani (PNM), didedikasikan untuk peminjam perempuan. Sunarso memaparkan bahwa pinjaman kelompok masih merupakan metode yang paling umum dan paling berhasil dalam menyalurkan pembiayaan kepada perempuan kurang mampu di masyarakat pedesaan.

Berdasarkan survei BRI Research Institute pada 2023, sebanyak 60,85% peminjam Mekaar mampu meningkatkan pendapatannya dan 48,35% di antaranya mengalami peningkatan aset setelah menerima pembiayaan. Mereka juga mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan memenuhi kebutuhan dasar rumah tangga, termasuk pangan, pendidikan, akses terhadap listrik, dan kepemilikan aset.

“Mekaar juga memfasilitasi akses terhadap bahan baku, memperluas saluran distribusi, dan memperkenalkan platform digital kepada anggota melalui inisiatif pemberdayaan. Selain itu, program ini menanamkan anggota untuk meningkatkan kepercayaan diri dan kapasitas pengambilan keputusan,” jelas dia.

Sunarso pun tak memungkiri bahwa Mekaar masih memiliki banyak tantangan. Pasalnya data Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan menunjukkan terdapat 27,1 juta perempuan usia produktif kurang mampu di Indonesia. Padahal berdasarkan studi yang dilakukan McKinsey & Company kesetaraan gender di Indonesia berpotensi memberikan kontribusi sekitar US$135 miliar terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2030.

“Ini insentif besar bagi Indonesia untuk keluar dari perangkap negara berpendapatan menengah karena jutaan perempuan tersebut akan menutup kesenjangan inklusi keuangan, pendapatan, dan gender,” pungkas Sunarso.