Kutukan Gigi Emas: Nasib Malang Pemuda Kaya Raya

by -104 Views
Kutukan Gigi Emas: Nasib Malang Pemuda Kaya Raya

Jakarta, CNBC Indonesia- Ketika seseorang sudah kaya, terkadang muncul dorongan dari dalam diri seseorang untuk mendapatkan pengakuan sosial dari orang lain. Atas dasar ini, seseorang kerap memamerkan harta kekayaannya di ruang publik. Berangkat dari motif ini, ada kisah menarik dari seorang pemuda Tionghoa asal Yogyakarta yang bisa memberikan pelajaran berharga bahwa memamer harta bisa membawa bencana. Bagaimana kisahnya?

Alkisah, pada akhir November 1926, ada pemuda Tionghoa, yang tidak diketahui namanya, datang ke tukang gigi. Kedatangan tersebut menimbulkan pertanyaan di benak tukang gigi sebab giginya masih bagus dan kuat.

Setelah ditanya, rupanya pemuda itu ingin giginya dilapisi dengan emas. Dengan uang yang dimiliki, dia ingin mengikuti tren orang-orang kaya saat itu yang sering melapisi giginya dengan emas. Dengan menggunakan gigi emas, dia percaya kepercayaan dirinya bisa meningkat dan bisa dijuluki orang kaya. Alhasil, tukang gigi itu pun menuruti permintaannya.

Gigi emas pun terpasang di mulut. Sejak itulah sikap pemuda tersebut berubah, menjadi lebih sering tertawa. Tentu saja, motif tertawanya bukan didasari lelucon, melainkan oleh niat pamer. Dengan tertawa yang memperlihatkan mulut terbuka lebar, semua orang bisa melihat gigi emasnya. Jika seperti ini, tentu status sosial orang sukses dan kaya bakal tersemat pada dirinya. Dan sikap seperti ini terus dilakukannya dari hari ke hari.

Hingga akhirnya, upaya pamer harta akhirnya terhenti usai pemuda itu mendapat malapetaka, akibat memasang gigi emas beberapa hari setelahnya. “Sekali peristiwa ketika dia makan, sebuah gigi emasnya terlepas dan tertelan. Beberapa hari kemudian dia merasa sakit dalam perutnya,” tulis harian Pandji Poestaka (12 November 1926).

Rasa itu timbul sangat teramat menyakitkan. Berbagai macam obat-obatan sudah ditenggaknya, tetapi tidak membuahkan hasil. Malah, rasa sakit di perutnya makin parah. Alhasil, dia pun mengunjungi dokter dan diharuskan untuk dioperasi. Saat itu tindakan operasi memang penuh risiko. Akibatnya, pemuda itu pun menolak operasi karena takut.

Akhirnya dia pun memilih pulang ke rumah dan terpaksa menahan rasa sakit. Namun, tak lama berselang, muncul kabar bahwa pemuda itu sudah tak merasakan sakit lagi. Bukan karena sembuh, tetapi meninggal. “Terdengar kabar, bahwa ia meninggal dunia karena sakit di perutnya itu,” tulis harian itu.

Dengan demikian, kisah ini mengajarkan bahwa memamerkan kekayaan dengan cara yang tidak sehat dapat membawa bencana tersendiri. Memberi pelajaran bahwa mencari pengakuan sosial dengan cara yang tidak benar atau tidak sehat tidak akan berujung pada kebahagiaan dan kesuksesan.