Kelompok yang Tak Terduga Mungkin Menjadi Kunci Keberhasilan Kemajuan Umat Islam

by -99 Views
Kelompok yang Tak Terduga Mungkin Menjadi Kunci Keberhasilan Kemajuan Umat Islam

Jakarta, CNBC Indonesia – Narasi sejarah mencatat bahwa Islam pernah berjaya dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan ekonomi sekitar abad ke-8 hingga ke-11 Masehi. Pada masa tersebut, muncul banyak ilmuwan dan filsuf yang pemikirannya menjadi pondasi bagi sains modern. Contohnya seperti Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, Al-Khawarizmi, dan lainnya. Pada saat yang bersamaan, banyak kota di Timur Tengah menjadi pusat pengetahuan.

Sayangnya, kemajuan tersebut kini tinggal sejarah. Dapat dikatakan bahwa dunia Muslim mengalami kemunduran. Namun, satu hal menarik yang bisa dijadikan pelajaran untuk pengembangan masa kini adalah bagaimana Islam bisa meraih kesuksesan pada masa itu? Ternyata, peran sentral dalam kejayaan tersebut dipegang oleh kelompok tak terduga, yaitu pedagang.

Fakta ini diungkapkan oleh pengajar dari San Diego University, Ahmet T. Kuru, dalam Islam, Otoritarianisme, dan Ketertinggalan (2019). Dia menjelaskan bahwa kemajuan Islam pada abad ke-8 hingga ke-11, atau masa Dinasti Umayyah dan Abbasiyah, disebabkan oleh sikap ulama dan ilmuwan yang memutuskan untuk menjaga jarak dengan kekuasaan.

Mereka percaya bahwa mendekatkan diri dengan penguasa dapat menghambat kebebasan berpikir. Maka dari itu, untuk memajukan pengetahuan, mereka memilih untuk mendekatkan diri dengan para pedagang. Pada masa itu, pedagang memiliki tempat khusus dalam struktur sosial ekonomi umat Muslim karena mereka memiliki legitimasi keagamaan yang dekat dengan Islam sejak awal. Menurut Ahmet T. Kuru, 72,5% dari ulama atau keluarganya juga menjalani profesi sebagai pedagang.

Selain itu, para pedagang juga dikenal sebagai kelompok yang mendukung pengembangan ilmu pengetahuan karena mereka membutuhkan pengetahuan tersebut untuk kepentingan mereka sendiri. Selama periode tersebut, para pedagang dapat mengendalikan rute perdagangan antara Eropa, India, dan China. Untuk menjalankan bisnis tersebut, mereka membutuhkan kemampuan akuntansi, penentuan harga, urusan kredit, dan matematika. Oleh karena itu, para pedagang meminta bantuan para ilmuwan Muslim dalam mengembangkan pengetahuan terkait perdagangan.

Sebagai penyandang dana riset dan peserta dalam pengembangan pengetahuan, para pedagang memiliki peran sentral dalam perkembangan peradaban Islam. Para ilmuwan pun dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan keagamaan secara bebas, berkat dukungan dari para pedagang. Karena hubungan seperti ini, peradaban Islam dapat berkembang dengan pesat.

Dengan demikian, Kuru menyebut bahwa “pedagang menjadi agen utama dalam aktivitas ekonomi di dunia Muslim dan menjadi kunci keberhasilan peradaban Islam.”

Sementara itu, di Eropa kondisinya berbeda. Saat Islam dan Timur Tengah berada dalam masa keemasan, Eropa malah mengalami stagnasi dalam ilmu pengetahuan dan ekonomi. Hal ini disebabkan oleh dominasi agama dan intervensi negara terhadap para ilmuwan, hal yang sudah dibatasi oleh para ilmuwan Muslim sejak awal.

[Gambas:Video CNBC]

(mfa/sef)