Hampir di setiap penjuru dunia, barang dagangan dari negeri kita tersedia, dan telah menjadi pokok pembicaraan.[Credit:detik]
Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan pengertian tentang fakta tersebut dalam Surah Al-Insan ayat ke-5 dan 6, dengan bersabda, “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan, mereka minum dari gelas yang ada padanya campuran kamfer (minuman) dari mata air yang bisa dipancarkannya dengan baik.”
Dalam hal ini, kamper yang disebutkan dalam Al-Quran memiliki kaitan dengan Indonesia. Bukan tanpa sebab, pohon kamper tidak dapat tumbuh di wilayah Timur Tengah sehingga harus diimpor dari luar. Fakta sejarah mencatat bahwa kamper telah diperdagangkan sejak abad ke-4 Masehi, tiga abad sebelum Al-Quran diturunkan.
Berdasarkan penelitian, lokasi penghasil kamper yang disebut-sebut dalam kitab-kitab Arab adalah daerah Fansur. Salah satu peneliti Prancis, Nouha Stephan, menganalisis teks-teks tradisional yang menyebutkan Fansur dan mendapati bahwa Fansur, penghasil kamper tersebut, berasal dari Pulau Sumatera.
Selain itu, Claude Guillot dalam bukunya “Barus Seribu Tahun yang Lalu” juga menyimpulkan bahwa kamper yang diperdagangkan sebelum abad ke-10 Masehi berasal dari utara Sumatera, khususnya daerah Barus.
Sejarawan Jajat Burhanudin juga menyampaikan informasi bahwa Barus sudah dikenal sebagai bandar kuno sejak abad ke-1 Masehi dan menjadi pelabuhan penting di Sumatera. Dengan demikian, perdagangan kamper telah memberikan dampak besar dalam perdagangan dan penyebaran agama Islam, bahkan hingga saat ini kamper masih diperdagangkan di Barus.
