Tragisnya Kisah Adik Kartini yang Dipermalukan dan Diarak Keliling Kota Saat Sudah Tua

by -414 Views
Tragisnya Kisah Adik Kartini yang Dipermalukan dan Diarak Keliling Kota Saat Sudah Tua

Jakarta, CNBC Indonesia – Banyak orang mengetahui kisah R.A Kartini. Setiap tahun pada tanggal 21 April, masyarakat Indonesia merayakan Hari Kartini dengan penuh semangat. Namun, tidak banyak yang mengetahui tentang kisah tragis adik Kartini, yaitu Kardinah, yang mengalami perlakuan memalukan hingga diarak keliling kota menggunakan karung goni saat usia tua.

Kejadian tragis ini terjadi pada tahun 1945, dua bulan setelah Indonesia merdeka. Kardinah pada saat itu berasal dari keluarga elit Jawa. Dia memiliki suami dan menantu yang menjabat sebagai Bupati Tegal. Status sosialnya yang tinggi tersebut membuatnya terikat dengan sistem feodalisme Jawa.

Selama masa penjajahan, status sosial Kardinah tidak menjadi masalah. Namun, seiring berjalannya waktu, status tersebut berubah menjadi bencana. Pemicunya adalah rakyat biasa yang merasakan penindasan selama masa penjajahan Belanda dan Jepang.

Setelah kemerdekaan, rakyat marah. Tanpa pengawasan dari polisi atau militer, mereka mulai mengekspresikan dendam kepada siapa pun yang pernah bekerja sama dengan Belanda atau Jepang. Salah satu yang menjadi target adalah pejabat-pejabat. Kardinah dan keluarganya pun menjadi sasaran serangan.

Pada Sabtu, 13 Oktober 1945, rumah Kardinah didatangi oleh sekelompok orang secara paksa. Mereka datang mencari Sunarjo, menantu Kardinah yang menjabat sebagai Bupati Tegal. Namun, karena target tidak berhasil ditemukan, mereka malah menyerang Kardinah, istri Sunarjo, dan cucu perempuannya. Bahkan pembantu-pembantunya juga menjadi korban.

Anton Lucas dalam bukunya “Peristiwa Tiga Daerah” (1989) menceritakan bahwa Kardinah dan korban lainnya dipaksa keluar dari rumah dan diberi pakaian goni. Kemudian mereka diarak keliling kota oleh massa. Saat kejadian tersebut, Kardinah telah berusia 64 tahun dan tidak mampu melawan karena usianya yang sudah lanjut. Dia menerima nasibnya sebagai hujatan massa dan objek arak-arakan.

Di tengah perjalanan, Kardinah merasa sakit. Massa pun menghentikan arak-arakan di depan rumah sakit yang didirikan oleh Kardinah. Namun, mereka tidak langsung dilepas karena kemudian dibawa dengan truk ke Talang dan ditahan di rumah Wedana Adiwerna selama seminggu. Perlakuan terhadap adik Kartini ini membuat banyak orang terkejut.

Setelah kejadian tersebut, Kardinah mengalami trauma berat. Dia yang dahulu aktif memperjuangkan emansipasi perempuan memutuskan untuk tidak tinggal lagi di Tegal, melainkan pindah ke Salatiga. Di sana, dia menghabiskan sisa hidupnya dengan trauma hingga akhirnya tutup usia pada 5 Juli 1971, dalam usia 90 tahun.