Alasan Orang Jepang Enggan Memiliki Motor karena Kisah Geng Motor yang Brutal

by -207 Views
Alasan Orang Jepang Enggan Memiliki Motor karena Kisah Geng Motor yang Brutal

Pabrikan sepeda motor di seluruh dunia kebanyakan berasal dari Jepang. Yamaha, Honda, Suzuki, Kawasaki, dan sebagainya adalah beberapa contohnya. Meskipun ada banyak perusahaan pembuat sepeda motor, yang menariknya adalah bahwa di Jepang sendiri, jumlah sepeda motor yang digunakan sangat sedikit.

Menurut data Statista (2021), hanya terdapat sekitar 10 juta unit sepeda motor di Jepang. Angka ini dianggap kecil mengingat jumlah penduduk Jepang yang mencapai 125 juta. Lalu, mengapa hal ini bisa terjadi?

Pada awalnya, masyarakat Jepang gemar membeli sepeda motor. Industri sepeda motor pada tahun 1950-an mekar di Jepang, terutama berkat upaya inovator Narazo Shimaru yang membuat harga sepeda motor menjadi terjangkau. Namun, pada tahun 1980-an, terjadi perubahan besar akibat munculnya sentimen negatif masyarakat terhadap perilaku pengendara sepeda motor yang ugal-ugalan.

“Tahun 1980-an adalah era kejayaan sepeda motor di Jepang. Namun sekitar 20 tahun yang lalu, penolakan kuat terhadap budaya mengendarai sepeda motor tiba-tiba muncul,” kata Presiden Triumph Motorcycles Japan, Kazuo Noda, seperti yang dilansir oleh British Chamber of Commerce in Japan.

Penolakan tersebut banyak dipicu oleh keberadaan kelompok Bosozoku. Bosozoku adalah geng motor asal Jepang yang terdiri dari pemuda berusia 16-20 tahun. Mereka kerap mengendarai sepeda motor secara bergerombol dan memodifikasinya dengan gaya unik.

Menurut laporan media lokal Jalopnik, sejak kemunculan mereka pada tahun 1970-an, Bosozoku seringkali membuat keonaran. Mereka gemar membuat keributan di jalan, meneriaki orang-orang, merusak properti, bahkan terlibat dalam kegiatan kriminal di luar mengendarai sepeda motor.

Karenanya, Bosozoku dianggap sebagai ancaman bagi masyarakat Jepang yang terkenal dengan tata krama, sopan santun, dan kehidupan yang teratur. Polisi selalu kesulitan mengatasi aksi mereka, dan hal ini menyulitkan warga sekitar.

Akibatnya, persepsi masyarakat terhadap pengendara sepeda motor secara umum ikut tercemar. Banyak orang mulai memberikan stigma negatif kepada pengendara sepeda motor, meskipun tidak semua dari mereka bersikap ugal-ugalan. Hal ini menyebabkan penurunan penggunaan sepeda motor di Jepang.

Meskipun Bosozoku masih ada dalam skala kecil sampai saat ini, namun laporan Japan Times pada tahun 2022 menunjukkan bahwa penjualan sepeda motor di Jepang mulai meningkat lagi. Hal ini disebabkan oleh banyaknya warga yang memilih menggunakan sepeda motor sebagai sarana transportasi di luar rumah, terutama setelah pandemi.

Dengan demikian, walaupun Bosozoku masih eksis, angka penjualan sepeda motor di Jepang mulai meningkat kembali karena kebutuhan masyarakat akan sarana transportasi yang lebih cepat dan praktis.