Prabu Siliwangi dan Perjalanan Mencari Emas Legendaris, Dikatakan Bisa Menyelamatkan Kehidupan Negara

by -159 Views
Prabu Siliwangi dan Perjalanan Mencari Emas Legendaris, Dikatakan Bisa Menyelamatkan Kehidupan Negara

Jakarta, CNBC Indonesia – Cerita tentang harta karun dari zaman kerajaan kuno menarik perhatian banyak orang. Salah satunya adalah Menteri Agama Said Agil Husin Al Munawar. Dia mendapat informasi tentang emas peninggalan dari harta Prabu Siliwangi. Dia kemudian melakukan pencarian agar utang negara bisa dilunasi. Namun, hasilnya sangat tak terduga.

Pada pertengahan tahun 2002, Said Agil Husin Al Munawar menerima informasi dari seseorang yang tidak dikenal bahwa ada bongkahan emas peninggalan dari harta Prabu Siliwangi di kompleks Prasasti Batu Tulis, Bogor.

Said Agil merasa senang. Dia berpikir bahwa jika kabar tersebut benar, maka negara akan mendapatkan keuntungan yang besar. Dia menyatakan bahwa jika emas tersebut dijual, maka utang negara akan dilunasi. Saat itu, utang negara mencapai 36,4 miliar dollar AS. Kabar ini pun menjadi heboh dan menjadi pemberitaan utama di berbagai media nasional pada saat itu.

“Saya terpilih sebagai orang yang diberi amanah untuk mengembalikannya kepada negara,” kata Said seperti dikutip dari arsip Tempo (3 November 2002).

Said kemudian menyampaikan kabar ini kepada Presiden Megawati. Presiden, menurut klaimnya, setuju untuk melakukan eksplorasi. Pada bulan Agustus, Said memerintahkan sekelompok orang untuk melakukan ekskavasi harta karun di kompleks prasasti Batu Tulis. Batu Tulis merupakan salah satu prasasti purbakala peninggalan Kerajaan Sunda. Meskipun prasasti itu hanya merupakan monumen peringatan atas jasa besar yang dilakukan oleh Sri Baduga Maharaja, namun Said tetap yakin bahwa ada harta karun di sana. Namun, saat penggalian dilakukan, tidak ditemukan emas sama sekali.

Protes kemudian muncul dari penduduk sekitar. Menurut arsip Tempo, warga memprotes penggalian tersebut karena dianggap merusak warisan leluhur dan melukai hati masyarakat Sunda.

Tidak lama setelah penggalian dilakukan, dilaporkan bahwa alam menjadi marah dengan adanya kejadian tersebut. Menurut Rakhmad Hidayat, dkk dalam Dinamika Masyarakat Kota Bogor (2017), terjadi badai besar, petir, dan angin kencang saat dan setelah penggalian.

Protes semakin meningkat terhadap Said, dengan banyak yang menilai bahwa tindakannya tidak rasional. Sebagai seorang pejabat negara, orang yang terdidik, dan seorang ulama, seharusnya dia memiliki pemikiran yang logis terkait dengan harta karun. Namun, Said kemudian memberikan alasan yang tidak masuk akal terkait dengan kegagalan penggalian tersebut.

Presiden Megawati menyatakan bahwa dia tidak pernah memerintahkan Said untuk mengurus harta karun di Batu Tulis. Penggalian pun dihentikan dan hingga kini, harta karun tersebut tidak pernah ditemukan.