Biaya kuliah yang semakin meroket di Indonesia menjadi perbincangan hangat beberapa hari terakhir. Mahalnya biaya kuliah jelas menghambat seseorang untuk berkuliah di pendidikan tinggi. Kasus seperti ini telah lebih dulu terjadi di Amerika Serikat. Dalam laporan Georgetown University diketahui, biaya kuliah tahun 2020 lebih mahal 169% dibanding biaya tahun 1980. Atas dasar ini, tak sedikit dari mahasiswa yang putar otak mencari uang.
Salah satu yang kerap dilakukan adalah berbisnis, seperti yang dilakukan Ali Dieguez. Dieguez bisa jadi contoh bagaimana kesulitan tersebut memaksanya berbisnis hingga cuan ratusan juta. Bagaimana kisahnya?
Ali Dieguez merupakan mahasiswa jurusan kesehatan di San Diego University. Awalnya, dia tak berniat memulai bisnis sebab semuanya, khususnya dari segi biaya, berjalan lancar. Namun, Covid-19 membuatnya kesulitan, sehingga memaksanya berbisnis.
Bisnis yang dilakoni Dieguez adalah menjual pakaian olahraga bekas. Kala itu, olahraga memang jadi salah satu kegiatan terpopuler masyarakat, sehingga kebutuhan terhadap pakaian olahraga sangat tinggi. Akibat tak semua masyarakat bisa membeli pakaian baru karena mahal, maka pakaian bekas jadi solusinya. Peluang inilah yang memunculkan ide bisnis dari benak perempuan kelahiran 2001 tersebut.
“Satu hal yang dilakukan orang-orang adalah berolahraga di masa karantina,” katanya.
Sejak 2020, dia aktif mencari pakaian olahraga bekas berkualitas tinggi di berbagai toko untuk dijual kembali. Dia menjual seluruh barang lewat banyak e-commerce di AS, seperti Poshmark, eBay, Etsy dan sebagainya. Menariknya, upaya Dieguez mendulang keuntungan lewat berbisnis terbilang singkat.
Kepada Insider, dikutip Senin (20/5/2024), dia mengaku permintaan pakaian bekas kepada dirinya selama karantina berlangsung meningkat pesat. Bahkan, setahun setelah meluncurkan usaha, dia mengaku sudah cuan US$13.740 atau Rp220 juta.
Dia bercerita, kunci utama kesuksesan bisnisnya bukan hanya terletak pada ketersediaan pasar, tapi juga manajemen waktu dan kerja keras. Dia tak ingin bisnis justru membuatnya lupa kuliah. Selama berbisnis, dia selalu bangun jam 4.30 pagi untuk memulai aktivitas, seperti mengerjakan tugas kuliah dan berolahraga.
Setelahnya lalu berkuliah dilanjutkan dengan berbisnis hingga malam hari. Dia mengaku aktivitas ini sangat membosankan dan melelahkan, tapi pada akhirnya membuahkan hasil.
Bukan hanya untung ratusan juta, tapi juga dia mampu menyelesaikan kuliahnya di San Diego University sampai lulus tanpa kesulitan keuangan atau bantuan beasiswa. Diketahui, dia selalu menyisihkan U$3.668 atau Rp57 juta dari penghasilan untuk biaya kuliahnya.
“Saya gak berhak menerima bantuan. Tapi, saya mampu bayar semua buaya kuliah karena selalu menyisihkan uang dari berbisnis,” ungkapnya.
Kini, Dieguez masih menjalankan bisnisnya. Tak hanya menjual pakaian olahraga, tapi juga pakaian lain seperti gaun dan baju kasual lainnya. Meski begitu, kisah Dieguez bukan jadi solusi mengatasi mahalnya biaya kuliah. Pemerintah harus membuat biaya kuliah kembali murah, agar mahasiswa tak perlu kesulitan mencari uang.