Jakarta, CNBC Indonesia – Salah satu legenda dari dunia Barat yang cukup dikenal adalah terkait Vampir. Vampir diceritakan keluar dari makamnya pada malam hari hanya untuk menggigit dan menghisap darah orang. Siapa sangka, cerita serupa Vampir rupanya pernah terjadi di dunia nyata. Bahkan, jadi inspirasi proses pembuatan tokoh fiksi terkenal, Dracula. Cerita ini melibatkan salah satu wanita terkaya di dunia, Elizabeth Bathory, yang punya kebiasaan serupa Vampir: membunuh orang dan mandi darah.
Bagaimana kisahnya?
Elizabeth Bathory lahir pada 1560 dan tumbuh besar di keluarga bangsawan di kawasan Transylvania, yang kini jadi bagian Rumania. Berasal dari keluarga bangsawan membuatnya sudah kaya dari lahir. Mengutip Infamous Lady: The True Story of Countess Erzsébet Báthory (2009), Elizabeth berhak atas ratusan hektar tanah, berbagai perhiasan seperti emas-berlian, dan puluhan Istana di seantero Transylvania. Hal ini membuatnya jadi salah satu wanita terkaya jalur bangsawan di dunia. Kekayaan Elizabeth pun makin melimpah tatkala dia melangsungkan pernikahan dengan Ferenc Nádasdy pada 1575 atau di usia 15 tahun.
Kisah bak vampir baru menyelimuti Elizabeth ketika dia ditinggali pergi suaminya untuk berperang dan menjalani fase kehidupan seorang diri di kastil super besar. Mengutip situs History Extra, dia diketahui kerap melakukan penyiksaan kepada staf berjenis kelamin perempuan di Istana Čachtice.
Biasanya, Elizabeth menyasar gadis miskin sebagai korban. Mereka diming-imingi diberi pekerjaan di istana. Padahal faktanya ketika di istana mereka dihabisi oleh Elizabeth. Cara perempuan kelahiran 1560 itu menghabisi nyawa korban juga terbilang cukup keji. Dia tak segan melakukan penyiksaan menggunakan berbagai media, seperti tongkat, direndam di air es, hingga di bakar hidup-hidup. Selain itu, dia juga dikabarkan melakukan mutilasi dan kanibalisme. Ada pula tuduhan dia sering mandi darah segar dari para korban supaya bisa awet muda.
Aksi keji ini makin parah dan sering dilakukan tatkala suaminya meninggal. Di kondisi sendirian itulah, tak ada yang bisa melarang Elizabeth membunuh para korban. Menurut Rachael Bledsaw yang meriset tentang Elizabeth menyebut kebiasaan membunuh para staf yang punya posisi lebih rendah saat itu tidak dilarang. Hanya saja persoalan yang membentur soal kemanusiaan dan etika.
Perlakuan tak manusiawi itu akhirnya terbongkar ketika Elizabeth menyasar keluarga bangsawan karena tidak ada lagi menghabisi orang dari keluarga miskin. Pada titik ini, Raja Hungaria saat itu, Matthias II, melakukan investigasi.
Hasilnya, Elizabeth terbukti membunuh 80 perempuan muda. Bahkan, sumber lain menyebutnya hingga 600 jiwa. Alhasil, dia pun dikurung di suatu kastil hingga meninggal di usia 54 tahun.
Akan tetapi, cerita tak selesai sampai di sini. Bertahun-tahun kemudian banyak sejarawan penasaran atas tingkah laku Elizabeth.
Dia yang sudah kaya raya, punya banyak harta tanpa dipungut pajak dan hidup terhormat tapi kenapa membunuh orang?
Ada yang menyebut Elizabeth menderita epilepsi dan migrain berat. Jadi, pembunuhan menjadi sarana dirinya untuk mengatasi kekambuhan penyakitnya. Selain itu, ada pula yang menyebut kelakuan Elizabeth diakibatkan oleh faktor lingkungan.
Mengutip studi Vampire or Megalomaniac Serial Killer?: The Bloody Countess Elizabeth Bathory (2012), diketahui kala itu dia tumbuh besar ketika sihir berkembang. Alhasil, dia melihat bahwa penyiksaan untuk tujuan sihir menjadi suatu kewajaran. Berikut juga kepercayaan terhadap tujuan sihir seperti mandi darah untuk awet muda. Tentu di masa kini semua itu tak dapat diterima kebenarannya.
Meski begitu, semua itu hanya dugaan. Tak ada yang mengetahui pasti motif wanita terkaya itu melakukan pembunuhan. Sampai sekarang, hal ini masih jadi misteri yang diproduksi dalam bentuk cerita populer. Bahkan, peristiwa pembunuhan ini membuat nama Elizabeth masuk dalam pembunuh paling produktif di dunia.
[Gambas:Video CNBC]
(mfa/sef)