6.000 Ton Emas Negara Tetangga RI Hilang, Geger Harta Karun Yamashita

by -126 Views
6.000 Ton Emas Negara Tetangga RI Hilang, Geger Harta Karun Yamashita

Jakarta, CNBC Indonesia – Bagaimana jika 6.000 ton emas menghilang begitu saja dan menjadi misteri? Itulah yang terjadi di negara tetangga Indonesia, Filipina.

Ribuan ton emas itu merupakan hasil curian tentara Jepang selama Perang Dunia II (1939-1945). Selama perang, Jepang sering mencuri dan mengumpulkan emas dalam skala besar di satu tempat untuk dana pertempuran.

Di Indonesia, Jepang memobilisasi pengumpulan emas dari rumah-rumah gadai di seluruh Jawa. Semuanya dikumpulkan di Rumah Gadai, Jl. Kramat, Batavia. Sedangkan di Filipina, Jepang juga melakukan hal serupa dengan mengumpulkan seluruh emas di satu tempat.

Baik di Indonesia maupun Filipina, nasib seluruh emas tersebut berakhir misterius dan tidak pernah kembali ke pemilik aslinya. Di Indonesia, kita tahu emas seberat 960 kg dicuri oleh tentara Jepang dan disembunyikan di suatu tempat yang kemudian dikenal sebagai Harta Karun Nakamura.

Lalu di Filipina juga terjadi hal yang sama, bahkan dengan jumlah yang lebih besar. Bagaimana ceritanya?

Penjarahan emas di Filipina oleh Jepang dilakukan oleh organisasi rahasia Kin no yuri alias Golden Lily. Pemimpinnya adalah Yasuhito Chichibu. Melalui organisasi tersebut, Jepang menjarah emas, berlian, permata, dan uang dari bank, tempat ibadah, museum, rumah pribadi di negara-negara Asia Tenggara. Hasil jarahan itu kemudian dikumpulkan di Filipina dengan total luar biasa besar. Peggy Seagrave dan Sterling Seagrave dalam Gold Warriors: America’s Secret Recovery of Yamashita’s Gold (2003) mencatat bahwa militer Jepang berhasil mengangkut 6.000 ton emas.

Seluruh emas tersebut akhirnya digunakan untuk keperluan perang. Namun, ketika posisi Jepang berada di ambang kekalahan pada tahun 1944, militer Jepang mulai menyusun strategi untuk menyembunyikan emas-emas tersebut. Persembunyian emas dipimpin oleh Jenderal Tomoyuki Yamashita (1885-1946). Dia adalah panglima tentara Jepang di Filipina yang dijuluki ‘Harimau Malaya’. Yamashita tidak ingin emas tersebut diambil alih oleh sekutu jika Jepang kalah. Maka, dia melakukan mobilisasi emas untuk ditanam di tanah Pegunungan Utara Filipina. Prosesnya memakan waktu 10 bulan.

Saat Jepang dinyatakan kalah, Yamashita berniat kabur dan membawa emas ke negaranya. Namun, hal ini tidak terjadi karena lautannya sudah dikuasai oleh tentara sekutu. Akhirnya, nyawa Yamashita berakhir di tangan tentara AS, tewas pada 23 Februari 1946. Namun sayangnya, tentara AS tidak menginterogasi di mana jenderal itu menyimpan seluruh emas sebelumnya.

Sehingga, saat Yamashita tewas, tidak ada yang mengetahui lokasi penyimpanan 6.000 ton emas. Dari sinilah cerita legenda Harta Karun Yamashita di Filipina bermula.

Harta karun Yamashita membuat banyak orang tertarik untuk mencarinya. Salah satunya adalah warga lokal bernama Rogelio Roxas. Pada tahun 1970, dia bertemu dengan orang Jepang yang ayahnya mantan tentara dan mengetahui lokasi pasti persembunyian harta. Roxas kemudian memburunya. Selama 7 bulan, Roxas menelusuri goa dan terowongan buatan Jepang di Utara Filipina. Singkat cerita, perburuan tersebut berhasil. Dia menemukan 24 batangan emas di satu kotak kecil dan patung Budha berlapis emas seberat 1 ton yang berisi berlian.

Namun, penemuan emas tersebut justru menjadi malapetaka bagi Roxas. Beberapa hari kemudian, rumahnya digerebek oleh tentara dan seluruh harta karun diambil. Roxas disiksa dan dipenjara. Penggerebekan tersebut diperintahkan oleh Presiden Filipina, Ferdinand Marcos, yang diketahui berambisi mencari harta karun tersebut di seluruh negeri.

Hingga saat ini, pencarian harta karun tersebut oleh negara maupun sipil tidak pernah membuahkan hasil lagi. Artinya, seluruh emas masih tersimpan rapih di suatu tempat tersembunyi.

(mfa/sef)