Dukun Bongkar Perampokan 129 Kg Emas di Jakarta

by -83 Views
Dukun Bongkar Perampokan 129 Kg Emas di Jakarta

Emas menjadi primadona bagi siapapun yang memilikinya. Tak heran, emas seringkali menjadi objek perampokan seperti yang terjadi di Jakarta tahun 1970-an. Kala itu, terjadi perampokan 129 Kg emas di berbagai toko di Jakarta. Pelaku menjalani aksi dengan sangat rapi dan menutupi identitasnya dengan berbagai cara. Kepolisian mengalami kesulitan dalam menangkap pelaku. Namun, semuanya terbongkar karena bantuan seorang dukun.

Bagaimana kisahnya?

Berawal dari Bokek

Pada 1970-an di Jakarta, hidup seorang pemuda bernama Johanes Hubertus Eijkenboom atau lebih dikenal dengan Johny Indo. Johny, yang menikah pada usia muda 16 tahun, terpaksa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup anak dan istri. Beban semakin bertambah setelah ayahnya meninggal, sehingga dia juga harus menanggung ibu dan adik-adiknya. Dia kemudian bekerja sebagai montir dan kemudian sebagai sopir truk. Beruntung, fase bekerja di jalanan tidak berlangsung lama.

Johny, yang merupakan keturunan Belanda dan memiliki wajah tampan, diajak masuk ke dunia hiburan sebagai model dan aktor film. Dari situ, dia aktif keluar masuk studio dan kamera setiap harinya. Namun, kegiatan ini tidak terus-menerus dilakukan. Ada saat-saat dia tidak mendapat tawaran untuk bermain film atau menjadi model. Saat fase ini terjadi, dia kehabisan uang alias bokek. Apalagi, saat mendapat uang, Johny sering boros.

Akibatnya, seperti yang dikisahkan oleh Willy Angelicus Hangguman dalam “Johny Indo: Tobat dan Harapan” (1990), dia memutuskan untuk mengambil jalan pintas: merampok toko emas. Keputusan ini diambil berkat ajakan seorang teman. Johny, yang selama ini sering membaca kisah-kisah perampokan melalui novel atau komik, langsung mengeksekusi dengan baik ajakan temannya tersebut.

Maka, perampokan pun terjadi. Pada 20 September 1977, Johny melakukan perampokan terhadap sebuah toko emas di Kebon Kacang, Tanah Abang. Dia berhasil mencuri 2 Kg emas. Keberhasilan ini membuat Johny semakin percaya diri. Dia mantap menjadi penjahat sebagai pekerjaan sampingan.

Singkat cerita, sepanjang tahun 1977-1978, pria yang lahir pada 6 November 1948 itu melakukan serangkaian perampokan emas. Tentu saja, perampokan dilakukan dalam rentang waktu yang berjauhan untuk mengelabui polisi. Total, dia berhasil mencuri 129 Kg emas.

Peristiwa perampokan ini menjadi berita hangat di berbagai media. Polisi kesulitan melakukan penyelidikan karena perampokan dilakukan dengan sangat rapi. Johny tetap menjaga citranya sebagai penjahat sambil terus aktif sebagai aktor dan model.

Keluarganya pun tidak mengetahui bahwa Johny memiliki pekerjaan sampingan sebagai perampok. Bahkan, sang istri, Stella, pernah bertanya kepada Johny tentang kasus perampokan tanpa mengetahui bahwa yang dia ajak bicara adalah seorang aktor utama.

“Sudah baca. Nekat amat ya orang-orang itu. Siang-siang lagi. Tapi pelakunya belum tertangkap,” kata Stella.

“Itu urusan polisi. Aku ngantuk banget. Pingin tidur, capek,” jawab Johny.

Terbongkar Berkat Dukun

Selama bermain kucing-kucingan dengan polisi, Johny selalu was-was. Apalagi, sang istri mulai merasa heran karena dia sering membawa uang dalam jumlah yang sangat banyak untuk ukuran seorang model. Meskipun berhasil lolos untuk waktu yang lama, akhirnya dia terbongkar juga.

Pada 18 April 1979, polisi berhasil menangkap komplotan Johny. Dan dari sini terungkap bahwa perampokan besar-besaran emas di Jakarta dilakukan oleh seseorang yang sering muncul di layar kaca. Saat polisi melakukan penggerebekan di rumah tersangka, mereka tidak menemukan Johny.

Ternyata, Johny yang merasakan firasat buruk telah mengunjungi seorang dukun di Ancol. Sang dukun menyarankan Johny untuk pergi ke sebuah gua di Gunung Guruh, Sukabumi. Johny pun pergi ke Sukabumi sesuai saran dukun.

Setibanya di sana, Johny bertemu dengan dukun yang menjaga gua. Dia menyatakan ingin bertapa agar selamat dari kejaran polisi. Mendengar hal ini, si dukun kaget karena ternyata dia berurusan dengan penjahat kelas kakap.

Akhirnya, si dukun mencari solusi. Dia khawatir dianggap sebagai pihak yang menyembunyikan penjahat oleh polisi. Lebih dari itu, polisi telah menerbitkan DPO dan memajang wajah Johny di berbagai tempat. Akhirnya, si dukun memberikan ijin kepada Johny untuk bertapa. Saat itu, si dukun langsung memberitahu polisi.

Dengan bantuan seorang dukun, akhirnya perjalanan Johny berakhir di tangan polisi pada 26 April 1979. Pengadilan kemudian menjatuhkan hukuman 14 tahun penjara kepada Johny di Nusa Kambangan. Setelah kasus terbongkar, keluarga Johny menghadapi hari-hari yang berat. Stella syok ketika mengetahui bahwa suaminya adalah seorang perampok. Anak-anak mereka sering diolok-olok.

Pada titik ini, Johny menyesali perbuatannya. Selama penahanan, dia kemudian bertaubat dan menjadi seorang Kristen yang taat. Namun, pada tahun 2000-an, dia memeluk agama Islam dan mengganti namanya menjadi Umar Billah. Johny meninggal pada 26 Januari 2020.