Jakarta, CNBC Indonesia – Bagaimana nasib pahlawan kemerdekaan, yang semula melawan penjajah, namun pada masa mendatang berubah menjadi perampok dan buronan? Kisah ini nyata dan melibatkan seorang veteran bernama Kusni Kasdut.
Dari awalnya seorang pejuang kemerdekaan, Kasdut beralih menjadi perampok legendaris di Indonesia. Bagaimana kisahnya?
Setelah kemerdekaan, Kusni Kasdut menjadi pejuang yang melawan Belanda. Dia bertugas di Jawa Timur dan bergabung dengan Brigade Teratai yang terdiri dari anggota TNI, perampok, dan berbagai kelompok kriminal lainnya.
Selama perjuangannya, Kasdut ditugaskan mencari dana. Dia sering mencuri emas dan berlian milik orang kaya untuk keperluan perang. Dia juga pernah mencuri meriam milik Belanda untuk digunakan oleh Brigade Teratai.
Dalam proses itu, dia sering tertangkap oleh Belanda, sehingga penyiksaan dan penjara menjadi hal yang biasa baginya. Namun, semuanya berubah setelah perang berakhir.
Ketika kondisi menjadi normal, Kasdut tidak memiliki pekerjaan. Dia tidak bisa bergabung dengan tentara seperti pejuang lainnya. Ada dua versi mengapa dia gagal bergabung dengan TNI.
Pertama, Kasdut merasa pemerintah tidak berterima kasih kepada para veteran seperti dirinya. Dia menolak masuk ke tentara karena merasa tidak dihargai.
Kedua, dia tidak memenuhi syarat administrasi dan kesehatan. Kasdut mengalami luka tembak di kaki dan tidak berasal dari kesatuan resmi TNI saat berjuang. Karena itulah dia tidak bisa masuk militer.
Apapun versinya, Kasdut gagal bergabung dengan TNI meskipun telah berjuang. Dia merasa kecewa dan frustrasi. Pada saat yang sama, keuangannya semakin terpuruk dan dia tidak memiliki pekerjaan.
Pada titik ini, seorang teman mengajaknya untuk menjadi seorang penjahat. Kasdut setuju dan melakukan aksi pemerasan sebagai aksi kriminal pertamanya. Dari situlah karirnya sebagai perampok dimulai.
Akibat seringkali merampok emas dan berlian, Kasdut kemudian menjadi spesialis perampokan objek tersebut. Perampokan pertamanya dilakukan pada 11 Agustus 1953 di rumah seorang kaya bernama Ali Badjened.
Kasus perampokan dan pembunuhan ini membuatnya buronan polisi karena sulit ditangkap. Meskipun demikian, hasil rampokannya sering dia bagikan kepada orang miskin.
Kasdut melakukan berbagai perampokan, namun yang paling fenomenal terjadi pada 31 Mei 1961 ketika dia merampok Museum Nasional Jakarta. Namun, perampokan terbesar ini berujung pada penangkapannya.
Setelah proses persidangan, Kusni Kasdut dijatuhi hukuman mati. Dia hidup dari penjara ke penjara dan pernah berusaha melarikan diri. Namun, setelah dihukum mati, dia bertobat dan menjalani hidupnya dengan keyakinan Katolik yang taat.
Dia sempat mengajukan grasi kepada Presiden Soeharto namun ditolak. Akhirnya, pada 16 Februari 1980, Kusni Kasdut dieksekusi mati.
Tindakan Kasdut menuai pro dan kontra di masyarakat. Meskipun memiliki jasa dalam mempertahankan kemerdekaan, ada yang berpendapat bahwa dia harus dihukum mati atas tindakannya sebagai perampok.
Sejarah mencatat bahwa Kusni Kasdut tetap dieksekusi mati pada 16 Februari 1980.