Marie Antoinette, Sang Ratu Pesta yang Berjudi di Tengah Kemiskinan Rakyatnya

by -114 Views
Marie Antoinette, Sang Ratu Pesta yang Berjudi di Tengah Kemiskinan Rakyatnya

Saksikan video di bawah ini:

Video: Lirik Prospek Bisnis Produk Perawatan Rambut Lokal Go Global

Jakarta, CNBC Indonesia- Nama Ratu Prancis Marie Antoinette viral. Ia merupakan simbol perempuan hedonisme global.

Lantas, bagaimana sepak terjang Marie Antoinette semasa hidup?

Marie Antoinette lahir di Wina, Austria, 2 November 1755. Dia berasal dari dinasti Hamburg Kerajaan Austria, yang kekuasaannya membentang dari Austria, Hungaria, hingga Belanda Selatan.

Meski berada di keluarga elit, Marie cenderung tak memanfaatkan keistimewaan itu untuk pengembangan diri. Alih-alih seperti keluarga lain yang cerdas, dia bahkan tak bisa membaca dan menulis, sehingga membuatnya tak paham sejarah, geografi, dan ilmu sosial lain.

Pada 16 Mei 1770, atau saat berusia 14 tahun, Marie menikah dengan Pangeran Louis-Auguste dari Prancis. Pernikahan itu, tulis biografi berjudul Marie Antoinette: The Journey (2001), bermotif politik sebab bertujuan untuk mempererat hubungan dua kerajaan besar di Eropa, yakni Prancis dan Austria.

Kelak dari pernikahan itu pula, hidup Marie berubah. Dari anak bangsawan biasa menjadi Ratu Prancis sebab suaminya diangkat jadi Raja Prancis Louis XVI pada 11 Juni 1775.

Saat menjadi ratu, rakyat terpukau atas kecantikannya. Meski begitu, selama menjadi penguasa Prancis, Marie sama sekali tak paham kondisi.

Dia banyak menghabiskan waktu untuk pesta dan dansa-dansi. Termasuk juga bersolek diri dan main judi. Kebiasaan-kebiasaan ini sebenarnya lazim dilakukan para bangsawan Prancis lain.

Hanya saja, Marie melakukan itu tak melihat situasi terlebih dahulu. Yakni saat kondisi negara sedang krisis.

Selama Louis XVI berkuasa, Prancis mengalami penurunan ekonomi. Kas negara hampir kosong akibat aliran dana untuk membantu Revolusi Amerika.

Hutang menumpuk. Upaya menggenjot anggaran melalui kenaikan pungutan pajak tak membawa hasil apapun.

Sementara rakyat di bawah merasakan penderitaan. Mereka tak bisa makan dan hidup tenang. Di tengah kondisi seperti itu, Marie abai dan tetap melakukan dansa-dansi.

Parahnya dia juga sempat membeli dua istana baru. Semuanya tentu saja memakai kas negara.

Aksi hedonisme Marie ditutup rapat-rapat oleh istana supaya rakyat tak mengetahui. Namun, apa daya cerita tersebut tembus juga ke telinga rakyat.

Dari sini, mulai muncul pula mitos terkait kehidupan ratu. Mulai dari hidup foya-foya sampai kehidupan ranjangnya bersama Louis VI.

Bahkan tersiar kabar juga terkait ucapan ratu yang tak pantas diucapkan saat merespons rakyat kelaparan. “Ils n’ont pas de pain ? Qu’ils mangent de la brioche! (Mereka gak bisa makan roti? Ya makan aja kue!),”

Semua gosip liar itu menjadi martir bagi rakyat untuk memukul penguasa. Namun, semuanya tak diketahui Marie sampai 14 Juli 1799 atau saat rakyat menyerbu tempat tinggal Raja dan Ratu, Istana Versailles.

Pada momen itu, dia untuk pertama kalinya melihat batang hidung rakyat. Sekaligus juga baru menyadari kalau dirinya Ratu Prancis yang segala tindak-tanduknya menjadi sorotan rakyat.

Alhasil, kewibawaannya sebagai penguasa runtuh seketika. Sosok yang dijuluki ‘madam deficit’ itu tercatat sempat kabur ke Austria. Beruntung, rakyat berhasil mencegatnya di perbatasan.

Setelahnya, pasangan raja dan ratu Prancis itu dipenjara sebelum akhirnya harus tutup usia karena lehernya putus kena pisau guillotine pada 16 Oktober 1793.

(mfa/sef)