Kisah Hidup Sederhana Paus Fransiskus, Semua Berawal dari Mendengarkan Ayah

by -141 Views
Kisah Hidup Sederhana Paus Fransiskus, Semua Berawal dari Mendengarkan Ayah

Jakarta, CNBC Indonesia – Sejak kedatangan Paus Fransiskus di Indonesia pada Selasa (3/9/2024), beliau menjadi sorotan terutama karena kesederhanaannya. Pemimpin Gereja Katolik ini menunjukkan kesederhanaannya melalui berbagai tindakan.

Salah satunya adalah berpergian menggunakan pesawat komersial, menolak menginap di hotel, menggunakan mobil biasa, dan mengenakan jam yang dihargai sekitar Rp100 ribuan. Semua ini membuat banyak warga terkesan. Terlebih lagi, hal ini terjadi di tengah sorotan gaya hidup mewah para pejabat negara.

Dalam otobiografi berjudul Pope Francis: The Authorised Biography (2010), Paus Fransiskus bercerita bahwa kesederhanaan dalam hidupnya dipilih berkat nasihat dari ayahnya saat beliau berusia 13 tahun pada tahun 1949.

Diketahui bahwa sejak lahir, Jorge Mario Bergoglio tidak mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ayahnya adalah seorang akuntan yang memiliki gaji di atas rata-rata dan mampu memenuhi kebutuhan keluarga dengan hidup sederhana.

Namun, sang ayah menyadari bahwa keadaan ini membuat anaknya, Bergoglio, berada dalam zona nyaman. Jika keadaan ini dibiarkan, maka Bergoglio mungkin hanya akan memandang dunia dari satu sisi saja.

Oleh karena itu, ayahnya meminta Bergoglio untuk bekerja, bahkan setelah baru lulus sekolah dasar.

“Ayo, sekarang kamu sudah di sekolah menengah, mulailah bekerja. Saya akan mencarikan pekerjaan untukmu saat liburan,” kata ayahnya seperti yang diceritakan ulang oleh Bergoglio.

Perintah ayahnya kemudian dijalankan oleh Bergoglio dengan tulus, meskipun dia tidak tahu maksud sebenarnya dari ayahnya. Bergoglio kemudian bekerja di pabrik kaus kaki selama dua tahun pertama, kemudian menjadi office boy, dan akhirnya menjadi staf administrasi. Semua itu dilakukan sambil tetap melanjutkan pendidikannya di sekolah.

Kegiatan belajar dan bekerja diakui sangat melelahkan, terutama bagi seorang remaja. Namun, Bergoglio tidak pernah mengeluh karena menghormati ayahnya.

Akhir cerita, tindakan ayahnya pada masa muda Bergoglio baru terasa manfaatnya saat Bergoglio memasuki usia 20-an. Bekerja membuatnya bisa berinteraksi dengan banyak orang dan menyadari bahwa tidak semua manusia memiliki nasib yang sama. Ada yang kaya dan ada yang miskin. Secara singkat, bekerja dan bersosialisasi membuka matanya terhadap keberagaman manusia, baik dari segi ekonomi maupun sosial.

“Bekerja membuat saya dapat melihat sisi baik dan buruk manusia,” katanya.

Dengan pengalaman itu, Bergoglio bertekad untuk tetap hidup sederhana, karena dia menyadari bahwa semua harta tidak akan abadi dan semuanya adalah titipan Tuhan yang bisa diambil kapan saja.

Pada titik ini, Bergoglio sangat berterima kasih kepada ayahnya karena telah membentuk kepribadiannya melalui nasihat pada masa remajanya.

“Saya sangat berterima kasih kepada ayah karena membuat saya bekerja,” kata Paus Katolik itu.

(mfa/mfa)