Pada suatu waktu, Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta, Suswono, memberikan saran yang menggelitik agar janda kaya raya menikahi pria pengangguran untuk meningkatkan angka kesejahteraan di Jakarta. Meskipun terdapat kontroversi, sejarah membuktikan bahwa fenomena janda kaya menikahi pengangguran pernah terjadi di Jakarta pada era kekuasaan VOC ratusan tahun yang lalu. Ketika VOC berhasil menjadikan Batavia (kini Jakarta) sebagai pusat ekonomi dan perdagangan yang menarik para imigran Belanda, banyak di antara mereka yang terjebak dalam kehidupan yang sulit di Batavia. Dengan persaingan yang ketat dan sulitnya meniti karier, banyak imigran Belanda, termasuk yang sudah bekerja, akhirnya hidup tanpa pekerjaan di negeri orang.
Untuk meraih kesuksesan, satu-satunya cara yang tersisa bagi para imigran pria adalah melalui pernikahan dengan para janda kaya di Batavia. Para janda kaya ini memiliki harta yang melimpah dari warisan suami yang dulunya petinggi VOC, termasuk bisnis dan fasilitas lainnya. Dalam struktur kehidupan sosial Batavia pada masa VOC, para janda kaya dihormati, dilindungi, dan diperlakukan dengan istimewa oleh pemerintah VOC. Dengan demikian, proses pernikahan dengan para janda kaya menjadi pintu masuk bagi para pria untuk meraih kesuksesan, tempat terhormat, dan kekayaan. Beberapa pria, seperti David van Lennep, berhasil meraih kesuksesan tersebut melalui pernikahan dengan janda kaya.
Namun, tidak semua pernikahan antara janda kaya dan pria pengangguran berakhir bahagia. Ada juga kasus seperti Cornelia van Nijenroode yang harus menanggung penderitaan karena suaminya malah merebut semua harta warisannya. Perjalanan hidup Cornelia menjadi contoh tragis tentang bagaimana pernikahan dengan pria pengangguran bisa berujung pada kesengsaraan. Kesimpulannya, dalam sejarah Jakarta, fenomena pernikahan antara janda kaya dan pria pengangguran menjadi cerminan dinamika sosial pada masa itu.