Toko retail modern seperti Alfamart dan Indomaret seringkali berdiri berdekatan, bahkan bersebelahan. Hal ini mungkin membuat banyak orang bertanya-tanya mengapa dua toko kompetitor yang menjual barang yang sama melakukan hal tersebut. Jawabannya sebenarnya bukan hanya soal strategi pemasaran, tetapi juga merujuk pada tradisi orang China dalam berdagang di masa lalu. Ketika orang China mendirikan toko di Jawa, mereka mengadopsi cara berdagang tradisional yang dikenal sebagai pedagang kelontong. Awalnya, mereka menjual barang secara keliling sambil berteriak atau memukul logam, sehingga terkenal sebagai pedagang kelontong. Namun, seiring perkembangan, mereka mulai menetap dan berjualan di bangunan tetap yang disebut “toko”. Pola ini pun menjadi ciri khas, di mana para pedagang China mendirikan toko di sepanjang jalan berhadapan atau berdekatan dengan kompetitor, mirip dengan Alfamart dan Indomaret yang sering berdekatan saat ini.
Selain strategi penempatan toko, para pedagang China juga menjaga jaringan distribusi yang teratur dan efisien. Mereka tidak hanya menunggu di dalam toko, tetapi juga memanfaatkan rekan dan tenaga kasar untuk melakukan penjualan dari pintu ke pintu. Selain itu, mereka juga cerdas dalam menata barang dagangan di dalam toko agar menarik pembeli. Semua strategi ini terbukti efektif dalam menarik pasar luas dan memungkinkan para pedagang China untuk mendulang kekayaan. Meskipun zaman dan konteksnya berbeda, prinsip-prinsip berdagang ini masih tetap relevan dan diadopsi oleh toko retail modern seperti Alfamart dan Indomaret. Dengan demikian, kunci keberhasilan dalam berdagang bukan hanya terletak pada produk yang dijual, tetapi juga pada strategi pemasaran dan penempatan yang tepat.