Sinterklas atau Santa Claus merupakan sosok yang selalu diidentikkan dengan Hari Natal. Ia digambarkan dengan janggut putih, baju merah, kereta tenaga rusa, dan kebiasaan membagi-bagikan kado kepada anak-anak. Sebenarnya, Sinterklas terinspirasi dari Santo Nicholas, seorang Uskup Myra di Romawi yang dikenal karena membantu orang miskin dan memberi hadiah kepada anak-anak. Hal ini membuat banyak budaya menceritakannya sebagai sosok pemberi hadiah Natal.
Untuk memahami seberapa kaya Sinterklas yang rutin membagikan kado setiap Natal, sebuah tim riset dari Inggris, Design by Soap, melakukan penelitian pada tahun 2017. Rata-rata biaya produksi, pembuatan, dan pengemasan satu mainan anak adalah sekitar US$10 atau sekitar Rp 150 ribu. Dengan 2,4 miliar anak di seluruh dunia usia di bawah 17 tahun, total biaya hadiah yang harus dikeluarkan akan mencapai US$24,3 miliar atau sekitar Rp 380 triliun.
Namun, perhitungan tersebut belum termasuk biaya pengiriman dari China ke berbagai negara di seluruh dunia, karena Santa dikisahkan berasal dari Kutub Utara. Biaya pengiriman lewat darat maupun laut juga harus diperhitungkan. Selain itu, biaya lain seperti akomodasi, asuransi, dan makanan juga harus ditambahkan. Dengan perhitungan kasar, total pengeluaran Sinterklas mencapai US$25 miliar atau sekitar Rp 400 triliun.
Meskipun ini hanyalah perhitungan perkiraan, jika Sinterklas adalah sosok nyata, ia akan menjadi orang terkaya di dunia. Forbes bahkan pernah menempatkan Sinterklas sebagai tokoh terkaya di dunia fiksi dengan harta yang tak terbatas.