Bangun Pasar Senen-Tanah Abang: Rahasia Sukses Uang Sewa Lapak

by -9 Views

Rutinitas masyarakat menjelang Ramadan di Jakarta dan sekitarnya tidak hanya sebatas beribadah, tetapi juga berbelanja. Biasanya, mereka memadati Pasar Tanah Abang dan Pasar Senen untuk memenuhi kebutuhan beragam barang, mulai dari produk tekstil hingga makanan khas bulan suci seperti kurma. Eksistensi kedua pasar ini tidak lepas dari peran Justinus Vinck, seorang pejabat Dewan Hindia era VOC atau Kongsi Dagang Hindia Timur, yang dikenal sebagai juragan tanah di Weltevreden, Jakarta Pusat. Vinck memutuskan untuk mendirikan pasar di tanahnya pada tahun 1735 setelah mendapatkan izin Gubernur Jenderal.

Awalnya, pasar tersebut dikenal dengan nama Vinckpasser atau Pasar Vinck, tetapi lambat laun berubah nama menjadi Pasar Senen (di Timur) dan Pasar Tanah Abang (di Barat). Pasar Senen dikenal sebagai tempat membeli kebutuhan sehari-hari, sementara Pasar Tanah Abang merupakan pasar tekstil dan kelontong. Vinck berhasil membangun kekayaan dengan memungut cukai dan uang sewa dari pedagang, terutama kelompok Tionghoa. Keramaian pasar juga semakin meningkat setelah Vinck membangun jalan penghubung antara Tanah Abang dan Senen, yang kini dikenal sebagai Jl. Kramat Kwitang dan Jl. Kebon Sirih.

Meskipun pada tahun 1749 Vinck menjual kawasan Weltevreden kepada Jacob Messel, kedua pasar yang dibangunnya terus berkembang dan menjadi daerah niaga penting di Jakarta. Khususnya, Pasar Tanah Abang diperindah oleh pemerintah kolonial karena menjadi sentra tekstil penting dengan perputaran uang yang besar. Sejarah pasar-pasar ini mencerminkan bagaimana keberhasilan dalam berbisnis dapat membawa keberkahan dan kekayaan bagi individu yang tekun.