Gegara Orang Ini, Warga Indonesia Buka Puasa dengan Gorengan

by -10 Views

Pada bulan Ramadan, makanan khas yang tidak boleh terlewat adalah aneka gorengan, yang memiliki sejarah panjang dan terjadi dalam sejarah kuliner. Terlepas dari teknik masak lainnya seperti bakar dan rebus, teknik menggoreng dianggap relatif baru. Catatan sejarah menunjukkan bahwa teknik ini pertama kali muncul di Mesir sekitar tahun 2500 Sebelum Masehi, sebelum menyebar ke Eropa dan China. Di kedua wilayah tersebut, teknik menggoreng berkembang menjadi tradisi yang tak terpisahkan, dengan beragam teknik seperti deep frying dan stir frying.

Kedua wilayah ini, China dan Eropa, memainkan peran penting dalam penyebaran budaya menggoreng ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Teknik menggoreng semakin populer di Indonesia sejak kedatangan orang China dan Eropa pada abad ke-16, membawa tidak hanya fisik tetapi juga budaya yang meliputi teknik menggoreng.

Namun, pertumbuhan budaya gorengan di Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh kedatangan orang asing, tetapi juga oleh faktor-faktor internal. Penggunaan minyak kelapa dan mentega, serta pembangunan industri minyak sawit di era Orde Baru, memainkan peran penting dalam perkembangan budaya gorengan di Indonesia. Selain itu, peran dua pemain utama dalam industri minyak goreng, yaitu Liem Sioe Liong dan Eka Tjipta Widjaja, sangat berpengaruh terhadap popularitas gorengan di masyarakat Indonesia. Dukungan pemerintah Orde Baru terhadap industri sawit membuat minyak goreng semakin terjangkau, sehingga meningkatkan konsumsi gorengan di masyarakat.

Sejak 1990-an, gorengan menjadi bagian tak terpisahkan dari menu makanan harian masyarakat Indonesia, menjadi pilihan konsumsi dari pagi hingga malam. Dengan adanya tukang gorengan di pinggir jalan dan popularitasnya saat momen-momen tertentu seperti buka puasa Ramadan, gorengan telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Indonesia. Maka dapat dikatakan bahwa budaya gorengan di Indonesia tidak hanya berkembang melalui pengaruh luar, tetapi juga melalui faktor internal dan kebiasaan masyarakat yang dibentuk sejak era pemerintahan Orde Baru.

Source link