Setiap individu memiliki hak untuk memilih agama dan menjalankan ibadah sesuai keyakinan mereka. Sikap toleransi antar umat beragama menjadi kunci untuk menjaga kerukunan dan kedamaian. Kisah menarik antara Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka) dan Abdul Wadud Karim Amrullah merupakan contoh nyata dari toleransi dalam keluarga.
Meskipun memiliki keyakinan dan agama yang berbeda, kedua saudara ini tetap menjaga hubungan baik. Buya Hamka dikenal sebagai ulama besar di Indonesia, sementara saudaranya, Awka, memutuskan untuk memeluk agama Kristen dan menjadi seorang pendeta di Amerika Serikat.
Dibesarkan dalam keluarga yang taat beragama, keduanya memiliki pengetahuan agama yang kuat sejak kecil. Meski memiliki selisih usia 19 tahun, mereka tetap dekat dengan ayah mereka, Karim Amrullah. Awka pergi ke Amerika Serikat pada tahun 1949 setelah kematian sang ayah, dimana ia kemudian menetap dan menjalani kehidupan baru.
Meskipun memiliki perbedaan keyakinan, pertemuan kembali antara Buya Hamka dan Awka pada tahun 1952 membawa kebahagiaan bagi Awka yang akhirnya mendapatkan pekerjaan dan memulai penyebaran ajaran Islam di Los Angeles. Namun, perjalanan hidupnya kemudian membawanya memeluk agama Kristen, yang membuatnya menjadi seorang pendeta di AS.
Meskipun perbedaan agama, kedua saudara ini tetap menjaga hubungan baik, walaupun Buya Hamka tidak bisa memberikan komentar langsung terkait keputusan saudaranya. Awka terus melanjutkan kiprahnya sebagai seorang pendeta, memberikan pengaruh yang positif di masyarakat sebelum meninggal pada tahun 2012. Cerita perjalanan hidup kedua saudara ini memberikan inspirasi tentang pentingnya toleransi dalam menjaga kerukunan di tengah perbedaan keyakinan.