Pangeran Siam (Kini Thailand), Paribatra Sukhumbandu, mengalami nasib tragis setelah terguling dari kekuasaan di Thailand. Dulu hidup bergelimang harta di istana sebagai putra Raja Chulalongkron atau Rama V, Paribatra kemudian harus meninggalkan keistimewaan tersebut akibat kudeta pada 24 Juni 1932. Terpaksa meninggalkan istana, Paribatra memilih tinggal di Hindia Belanda, tepatnya di kawasan Cipaganti, Bandung. Meskipun dianggap pesakitan di negara asalnya, Paribatra tetap dihormati di Hindia Belanda.
Saat tiba di Bandung, pejabat Hindia Belanda memberikan tiga rumah besar untuk ditempati oleh Paribatra. Di sana, sang pangeran memutuskan untuk menyalurkan hobi berkebunnya. Dia menjadi ahli tanaman anggrek dan sukses membangun taman indah di depan rumahnya. Bahkan, bibit anggrek yang ditanam oleh Paribatra disebarluaskan di seluruh kawasan Bandung. Selain berkebun, Paribatra juga senang berwisata ke berbagai daerah di Indonesia.
Dia sering mengunjungi Malang, Surabaya, Jogja, Bali, hingga Medan. Setiap perjalanannya selalu mencuri perhatian media setempat. Paribatra juga suka melakukan napak tilas ke beberapa tempat yang pernah dikunjungi oleh Rama V. Namun, hidup Paribatra berakhir pada 18 Januari 1944 di usia 62 tahun. Jenazahnya kemudian pulang ke Bangkok untuk dikremasi di Istana Raja pada tahun 1948.