Raja Ampat: Harta Karun yang Diburu Banyak Orang

by -20 Views

Aktivitas pertambangan nikel yang dilakukan di Raja Ampat, Papua, telah menimbulkan polemik karena dianggap mengancam ekosistem alam di sekitarnya. Terlebih lagi, kawasan wisata yang indah ini berisiko mengalami kerusakan akibat aktivitas pertambangan tersebut. Presiden RI Prabowo Subianto akhirnya mengambil tindakan dengan secara resmi menghentikan kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh empat Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Raja Ampat, Papua Barat Daya.

Sejarah mencatat bahwa minat terhadap kekayaan alam di Raja Ampat bukanlah sesuatu yang baru, tetapi sudah berlangsung selama ratusan tahun. Berbagai sultan di Maluku, terutama dari Ternate dan Tidore, bersaing memperebutkan wilayah ini sebelum kedatangan orang Eropa pada abad ke-16. Raja Ampat diduga menjadi sumber daya alam yang sangat potensial, seperti rempah-rempah, hasil pertanian, dan perikanan. Kekuasaan atas ‘harta karun’ ini sangat penting bagi eksistensi kerajaan pada masa itu.

Penyelidikan sejarah menunjukkan bahwa Kesultanan Tidore menjadi pemenang dalam persaingan memperebutkan Raja Ampat pada abad ke-15. Dibawah kekuasaannya, Tidore menjadikan Raja Ampat sebagai basis untuk meraih kekayaan dan kesejahteraan dengan memanfaatkan sektor perikanan dan rempah-rempah sebagai komoditas ekspor utama. Meskipun demikian, pemanfaatan sumber daya di Raja Ampat terbatas pada saat itu.

Eksplorasi besar-besaran terhadap sumber daya alam di Raja Ampat baru berlangsung pada abad ke-21, sekitar tahun 1930-an. Eksploitasi ini dipercepat oleh kehadiran pemerintah kolonial Belanda yang melihat potensi ekonomi di wilayah Papua. Pengeboran minyak di Sorong pada 1935 adalah salah satu langkah awal Belanda dalam melakukan eksploitasi sumber daya alam di Papua.

Abad ke-16 merupakan masa di mana Belanda, Spanyol, Portugis, Jerman, dan Inggris tidak tertarik untuk mengunjungi Papua karena takut terkena wabah penyakit. Namun, setelah kemajuan teknologi terjadi, Belanda mulai menjelajahi Papua dan menemukan berbagai harta karun yang terpendam. Ini menjadi titik awal pemanfaatan potensi ekonomi di Papua yang sebelumnya tidak terlirik.

Source link