Seorang putri konglomerat dari Indonesia masa kolonial, Oei Hui Lan, mengungkapkan rasa penyesalan terlahir dari keluarga kaya raya. Meskipun keluarganya memiliki kekayaan yang melimpah, Hui Lan merasa terasing dan kesepian. Dibesarkan dalam kemewahan dengan kolam renang, vila, kebun binatang, dan pelayan pribadi, namun Hui Lan tidak merasakan kebahagiaan sesungguhnya. Kesenjangan sosial membuatnya sulit menjalin hubungan dengan orang lain, dan hidup terisolasi tanpa kasih sayang dari orang tuanya.
Ketika dewasa, Hui Lan mengalami perceraian dalam dua pernikahannya dan hidup tanpa keluarga atau pasangan yang sejati. Meskipun memiliki kekayaan material, Hui Lan menyadari bahwa hal itu tidak mampu mengusir kesepiannya. Di usianya yang lanjut, ia merenungi penyesalan atas hidupnya yang sepi dan tanpa kebahagiaan sejati. Meskipun berharap terlahir kembali dari keluarga sederhana, Hui Lan akhirnya meninggal pada tahun 1992 di New York, pada usia 103 tahun, sebagai seorang wanita kaya yang tidak pernah merasakan kebahagiaan sesungguhnya.
Kisah hidup Oei Hui Lan menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya hubungan sosial yang sehat dan makna kebahagiaan yang sejati, meskipun diiringi dengan kekayaan material. Perjalanan hidupnya yang penuh dengan penyesalan dan kesepian mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati tidak dapat dibeli dengan harta. Melalui kisah ini, kita diajak untuk merenungkan nilai-nilai kehidupan yang sejati dan makna dari hubungan yang mendalam dengan orang lain.