Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) pertama di Indonesia, Hygiea, memiliki sejarah yang menarik. Pada awal abad ke-20, sulit bagi warga Eropa dan pribumi untuk mengakses air bersih, sehingga praktik menggunakan air rebusan menjadi umum. Namun, Hendrik Freerk Tillema, seorang apoteker Belanda di Semarang, melihat peluang bisnis dalam produksi AMDK. Pada tahun 1901, ia mendirikan pabrik Hygiea dengan teknologi modern berbasis kebersihan.
Proses produksi AMDK Hygiea sangat higienis, dengan air yang diambil dari sumur artesis yang bebas kuman. Botol-botol pun menjalani proses sterilisasi yang mutakhir sebelum diisi air. Selain air mineral, Hygiea juga memproduksi air soda dengan tambahan gas karbon dioksida. Dengan biaya besar untuk promosi, Hygiea berhasil menciptakan pasar baru di Hindia Belanda, dengan harga satu botol sekitar 0,25 gulden.
Selain keuntungan yang didapat, Hygiea juga membawa manfaat untuk kesehatan masyarakat. Kasus malaria di Semarang turun drastis seiring peningkatan akses air bersih. Kesuksesan ini membuat Tillema diangkat sebagai anggota dewan di Semarang. Meskipun Hygiea tidak beroperasi setelah Indonesia merdeka, langkah Tillema telah menjadi landasan bagi industri AMDK nasional yang berkembang menjadi salah satu industri terbesar di Indonesia saat ini. Meskipun produksi AMDK saat ini jelas berbeda dengan zaman dahulu, namun peran Hygiea tidak bisa dilupakan dalam sejarah AMDK di Indonesia.





