Deru mesin penggiling dan alat-alat bertabrakan sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Banjar Belong, Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar Bali.
Ya, mayoritas penduduk desa tersebut bekerja sebagai perajin batu paras taro. Mereka bergabung dalam sebuah kelompok usaha yang dikenal dengan nama Klaster Usaha Paras Taro.
Banjar Belong sendiri dikenal sebagai salah satu daerah yang memiliki potensi besar dalam pembuatan kerajinan batu paras taro.
I Wayan Parnata telah menjadi ketua kelompok usaha ini selama bertahun-tahun, membantu berbagai kebutuhan untuk kemajuan usaha yang banyak dijalankan warga setempat. BRI memberikan dukungan dalam bentuk akses layanan keuangan, pembinaan, dan bantuan sarana dan prasarana.
Di lahan pribadi, Wayan menggunakan mesin penggiling dan peralatan lainnya untuk menyelesaikan pesanan pelinggih atau produk kerajinan lainnya dari pelanggan.
Klaster Usaha Paras Taro menghasilkan berbagai produk kerajinan yang kebanyakan berhubungan dengan tempat peribadatan masyarakat Hindu. Beberapa produk mereka termasuk candi, angkul-angkul, tembok, dan pelinggih.
Produk yang dihasilkan oleh klaster ini bisa menggunakan berbagai motif sesuai dengan permintaan pembeli. Pemasarannya tidak hanya sebatas di wilayah Bali, tetapi sudah merambah hingga Jakarta, Bogor, Lombok, Lampung, dan kota-kota di Sumatera.
Klaster Usaha Paras Taro adalah salah satu dari banyak kelompok usaha UMKM yang mendapatkan pendampingan dari BRI. Melalui program Klaster Usaha ‘Klasterkuhidupku’, BRI berkomitmen untuk memberikan pendampingan maupun pemberdayaan, sehingga pelaku UMKM mampu untuk lebih tangguh dan naik kelas. Wayan berharap usahanya semakin berkembang dan dapat mendapatkan permodalan dengan agunan rendah dari BRI.
Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari, menyatakan bahwa program Klaster Usaha ‘Klasterkuhidupku’ menjadi wadah bagi pelaku UMKM untuk mengembangkan bisnisnya. Le melalui berbagai kegiatan pendampingan, pelaku UMKM tersebut bisa mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan produknya.