Kesalahan Banyak Dalam Mengira, Tas Ini Dibuat di RI Bukan Prancis

by -105 Views
Kesalahan Banyak Dalam Mengira, Tas Ini Dibuat di RI Bukan Prancis

Jakarta, CNBC Indonesia – Banyak orang mengira tas Sophie Martin diimpor dari Prancis. Apalagi, nama lengkap tas ini adalah Sophie Martin Paris dan produsen juga mengaku merancang semua produknya di Paris.

Namun, belum banyak orang tahu kalau tas ini bukanlah dari Paris. Faktanya, dia buatan Indonesia, lebih tepatnya berasal dari ruko lawas di daerah Kebayoran, Jakarta Selatan.

Kisah Sophie Martin Paris tak bisa dilepaskan dari sosok Bruno Hasson. Bruno adalah warga Prancis yang tumbuh besar di sana.

Kunjungan pertamanya ke Indonesia dilakukan pada 1993. Tepat setahun setelah lulus kuliah dari sekolah pertanian milik pemerintah Prancis.

Alasan Bruno datang jauh-jauh ke Indonesia murni karena rasa penasaran. Dia ingin tahu kondisi Indonesia lebih jauh sebab kala itu dianggap dunia sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tinggi.

Bruno percaya dengan situasi demikian bisnis apapun akan berjalan baik. Alhasil, setibanya di Indonesia dia pun mulai berbisnis dari nol.

“Saya pernah berjualan pipa besi dan mesin untuk pabrik-pabrik di Indonesia, kemudian pernah juga berjualan kosmetik,” kata Bruno dikutip dari buku karyanya, Fashion Branding (2008)

Selama berbisnis, Bruno selalu mengamati kebiasaan orang Indonesia yang suka memakai tas. Masalahnya, bagi Bruno, tas itu berkualitas jelek padahal harganya mahal.

Selain itu, dia juga menemukan produsen tas yang mengaku produk Prancis dan dibuat oleh desainer handal Negeri Menara Eiffel itu. Ini bertujuan supaya menarik minat dan memenuhi gengsi masyarakat meski kenyataannya tas itu sama sekali tak ada unsur Prancis.

Beranjak dari sinilah, Bruno melihat suatu kesenjangan. Masyarakat Indonesia ingin tampil mewah dengan memakai tas buatan Prancis tetapi kala itu tidak ada produsen yang benar-benar mengimpor tas dari sana.

Alhasil, pada 1995, bermodalkan uang Rp100 juta, dia dan istrinya mendirikan pabrik tas sendiri lewat PT Nadja Sukses Utama yang beroperasi di Kebayoran. Supaya menarik perhatian masyarakat, dia memakai nama Sophie Martin.

“Untuk memperkuat citra Prancis, saya sengaja menggunakan penggalan nama istri saya, Sophie Martin, yang memiliki asosiasi kuat terhadap Prancis,” katanya.

Soal bisnis tas, kebetulan sang istri lebih dulu berada di industri ini. Sebelumnya, dia pernah bekerja di perusahaan importir tas Italia milik ayahnya dan juga pernah menjadi desainer tas Dior.

Pada mulanya, Bruno dan istri membeli mesin jahit dan merekrut 30 karyawan. Semua proses tas dilakukan secara manual sehingga menghasilkan tas yang rapih walau harganya tidak terlalu mahal.

Sayang, ketika dipasarkan ke mall-mall Jakarta, tas tersebut tidak begitu laku. Barulah, tas tersebut mulai dikenal dan laku saat Bruno menjual Sophie Martin lewat mekanisme multi level marketing (MLM).

Melalui MLM, tas Sophie Martin bisa terbentuk jalur distribusi sendiri yang membuat namanya semakin terkenal. Bahkan, Bruno mengklaim, sampai 2008 anggota MLM Sophie Martin suda mencapai 1 juta anggota.

Sampai sekarang, Sophie Martin lewat PT Sophie Paris Indonesia masih eksis meski sudah banyak kompetitor dari dalam dan luar negeri. Sophie Martin kini tak hanya menjual tas, tetapi juga jam tangan, dompet, dan parfum.

Merek ini juga tercatat sudah go-international. Ini usai mendirikan toko di beberapa negara Asia Tenggara dan Maroko.