Jakarta, CNBC Indonesia – Gibran Rakabuming Raka resmi mengikuti perhelatan Pilpres 2024 usai dideklarasikan dan mendaftarkan diri pada Rabu (25/10). Keikutsertaan Gibran di pesta demokrasi tingkat nasional ini menarik perhatian publik. Pasalnya, dia adalah putra sulung dari Presiden Joko Widodo.
Banyak orang menuding keikutsertaannya terjadi berkat restu dan dorongan dari ayah yang juga menjadi orang nomor satu di Indonesia itu, meski tudingan ini telah dibantah.
Terlepas dari itu, menarik untuk menelusuri hidup Gibran. Sebagai anak pertama pasangan Jokowi dan Iriana, Gibran punya pengalaman hidup lebih lama bersama kedua orang tuanya dibanding kedua adiknya, Kahiyang dan Kaesang. Bisa dibilang, Gibran adalah saksi mata kehidupan pasang-surut orang tua yang juga berdampak pada kehidupan pribadinya.
Gibran Saksi Mata Bisnis Jokowi Bangkrut
Setahun setelah Gibran lahir, Jokowi mendirikan usaha mebel pada 1988. Bisnis itu adalah CV Rakabu, yang diambil dari nama anak pertamanya, yakni Rakabuming. Bisnis itu awalnya moncer.
Bengkel kayu yang berada di rumah pribadi membuat Gibran dan ibunya Iriana selalu mendengar suara bising gergaji. Beberapa kali juga mereka menghirup serbuk dari serpihan kayu. Meski demikian, itu dibiarkan saja toh menandakan bisnis bapaknya laku yang uangnya bisa digunakan untuk keperluan rumah tangga.
Namun, kemonceran bisnis Jokowi hanya sebentar. Pasalnya, dua tahun setelahnya, bisnis Jokowi bangkrut kena tipu orang. Alberthiene Endah dalam Jokowi: Memimpin Kota, Menyentuh Jakarta (2012) menceritakan kebangkrutan ini bermula dari kesalahan Jokowi saat berbisnis.
Ketika itu, Jokowi menerima order super besar dari Jakarta dan langsung mengerjakannya tanpa meminta uang muka. Setelah barang selesai, Jokowi baru mengetahui bahwa itu pesanan bodong. Dia yang sudah keluar uang banyak akhirnya boncos dan menutup operasional CV Rakabu.
Pada kondisi inilah, Gibran yang berusia 3 tahun menjadi saksi mata Jokowi di masa-masa sulit. Menurut penjelasan nenek Gibran, Sudjiatmi dalam Saya Sujiatmi, Ibunda Jokowi (2014), atas kejadian ini hidup Jokowi luntang-lantung. Tidak ada semangat untuk membangun bisnis. Saking bingungnya dia rela bekerja serabutan selama berbulan-bulan. Itu semua dilakukan untuk memenuhi hidup anak dan istrinya.
“Jokowi kerap datang ke rumah dengan wajah murung seperti kehilangan cahaya. Selalu klemprak-klemprak (tidak bersemangat),” kata Sudjiatmi.
Beruntung masa-masa suram Jokowi dan keluarga tak berlangsung lama. Berkat bantuan modal dari Sudjiatmi, Jokowi memulai bisnis kembali. Dan Gibran lagi-lagi menjadi saksi kebangkitan hidup bapaknya.
Gibran merasakan masa keemasan Jokowi
Setelah mendapat modal, bisnisnya kemudian lancar dan Jokowi mulai meniti jalan kesuksesan. Tercatat, dalam kurun 1994-1996, produksi mebel Jokowi makin melesat. Total dia punya 8 pabrik dengan ratusan karyawan. Praktis, kekayaannya pun meningkat. Dia sudah mampu membeli rumah sendiri di Solo, setelah bertahun-tahun ngontrak.
Bahkan, Jokowi juga sudah membeli mobil yang jadi barang mahal ketika itu. Kelak, mobil ini yang berguna untuk mengantarkan anak-anaknya pergi sekolah. Ketika itu, Gibran sudah punya dua adik, yakni Kahiyang (1991) dan Kaesang (1994).
Saat Jokowi mulai berjaya dan kaya raya, Gibran merasakan betul fase-fase keemasan bapaknya. Bahkan, di tahun 1998-1999 atau masa-masa krisis Indonesia, Gibran disekolahkan Jokowi di sekolah setingkat SMP di Singapura. Sekolah dan biaya hidup di Singapura tentu berbeda dengan Indonesia, tentu hanya orang berduit saja yang bisa ke sana.
Sejak itulah Gibran hidup seorang diri di sana, sebelum akhirnya ditemani Kaesang yang disekolahkan juga di Singapura. Di Singapura, Gibran tak hanya menempuh SMP, tetapi juga SMA dan perguruan tinggi. Tercatat Gibran adalah alumni dari Orchid Park Secondary School dan Management Development Institute of Singapore (MDIS).
[Gambas:Video CNBC]
(Artikel Ini Telah Ditinjau Oleh: Ismar Patrizki)