Sebagian orang ingin menghabiskan usia dengan bergelimang harta. Namun, Sulaiman Al Rajhi (95) punya keinginan lain. Pengusaha dan miliarder Arab Saudi itu malah ingin hidup miskin di kala tua dengan menyumbang seluruh harta untuk kegiatan amal. Bagaimana kisahnya?
Bangkit dari Kemiskinan
Tak seperti orang Arab yang kaya dari lahir, Sulaiman Al Rajhi berasal dari keluarga miskin. Akibatnya dia tidak memiliki pendidikan formal yang baik karena harus terpaksa bekerja di usia masih sangat muda. Di usia 9 tahun, dia sudah meninggalkan kebahagiaan masa kecilnya dengan bekerja sebagai porter di Pasar Al Khadra, Riyadh. Dia harus bolak-balik membawa barang belanjaan di atas punggung kecilnya. Setelahnya, Sulaiman juga harus berulang-kali berganti pekerjaan yang tentu jauh dari kata enak. Mengutip Forbes Middle East, dia tercatat pernah jadi pengepul kurma, juru masak, dan pelayan. Selain itu, dia juga pernah punya toko sendiri. Menariknya, penghasilan yang tak seberapa itu selalu ditabung, alih-alih digunakan untuk kegiatan konsumtif. Dia punya rumus menarik: selalu menyisihkan uang untuk ditabung meski hanya satu sen. “Saya biasa menyimpan setiap sen yang saya hasilkan untuk hari berikutnya. Inilah yang memungkinkan saya memiliki titik awal yang saya bangun untuk masa depan saya,” katanya. Berkat rutin menabung inilah, dia di usia 15 tahun bisa mengadakan pesta pernikahan yang sederhana. Setelah menikah, nasib baik datang kepadanya. Sulaiman diajak saudaranya, Saleh Al Rajhi, bekerja di money changer. Kelak, bekerja di money changer membuatnya naik kelas. Dari semula miskin, menjadi orang berduit. Begitu pula bisnisnya. Dari hanya satu gerai, menjadi puluhan. Di kala melakukan ekspansi inilah, Sulaiman memutuskan untuk mencari tantangan baru. Pada 1970, dia membangun bisnis money changer sendiri yang dalam waktu singkat berkembang jadi 30 gerai di seluruh Arab Saudi. Bahkan, sudah berhasil melakukan ekspansi ke Mesir dan Lebanon. Besarnya jaringan bisnis membuat Sulaiman bersama saudara-saudaranya membentuk perusahaan induk money changer. Belakangan, perusahaan induk ini berubah arah dan memilih terjun di dunia perbankan, khususnya bank syariah lewat Al Rajhi Bank. Kepada Arab News, pria kelahiran 1929 ini bercerita soal pendirian bank syariah. Pada awalnya, Sulaiman mengaku tak mudah mendirikan bank syariah. Banyak orang tak percaya kalau bank syariah bisa memperkuat ekonomi dunia. Dia pun harus terbang jauh-jauh ke Inggris untuk menemui manajer Bank of England. Di pertemuan itu dia meyakinkan kalau bank syariah dibutuhkan tak hanya bagi umat Islam, tetapi juga kaum Kristiani. “Saya bilang ke mereka Muslim dan Kristen menganggap bunga sebagai hal yang haram, umat Islam dan Kristen tidak mau melakukan transaksi dengan bank berdasarkan bunga dan lebih memilih untuk menyimpan uang tunai dan barang berharga lainnya di dalam kotak di rumah mereka,” katanya. Dari sinilah upaya Sulaiman berhasil. Al Rajhi Bank pun berdiri di Inggris dan puluhan tahun kemudian jadi bank syariah terbesar di dunia. Praktis, keberhasilan ini lantas membuat kekayaan Sulaiman meroket. Pada 2011 Forbes mencatatkan kekayaannya mencapai US$ 7,7 miliar atau Rp 119 triliun di masa kini. Dengan harga segitu, dia masuk dalam 100 orang terkaya di seluruh dunia. Meski bergelimang harta, Sulaiman punya sikap berbeda soal gaya hidup.
Hidup Merakyat dan Ingin Kembali Miskin
Punya harta ratusan triliun, tak membuat Sulaiman berfoya-foya. Dia tak punya mobil mewah atau pesawat pribadi. Untuk berpergian, dia selalu menggunakan pesawat kelas ekonomi. Alasan Sulaiman bersikap demikian karena dia tidak mau kekayaannya tidak bisa dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Maka, dia selalu menggunakan harta untuk kegiatan bermanfaat, termasuk kegiatan amal. Soal amal, Sulaiman selalu totalitas. Sebagai orang yang pernah terjerat kemiskinan, dia merasa hidup miskin tidak enak. Akibat tak mau orang lain merasakan hal sama, dia kerap membagikan uang kepada orang yang membutuhkan. Hingga akhirnya puncaknya terjadi pada 2015 lalu. Dia membagikan seluruh harta kepada masyarakat tidak mampu di Arab Saudi. Dia juga mengalihkan kepemilikan sahamnya di Al Rajhi bank ke berbagai lembaga amal. Akibatnya, semua tindakan ini membuat hartanya lenyap dan hanya menyisakan sedikit untuk dana abadi dan warisan anak. Atas dasar ini, Forbes tak lagi memasukan namanya di jajaran orang terkaya dunia. Dia pun menyebut dirinya sudah miskin dan mengklaim hanya punya satu gamis. Meski begitu, Sulaiman sama sekali tidak menyesal. “Segala harta milik Allah, dan kita hanyalah orang-orang yang diberi amanah (oleh Allah) untuk menjaganya,” ujarnya.