Pengusaha Kayu Yudi Eko Sentosa Sibuk Belajar Bahasa Inggris dari Subtitle Film
Jakarta, CNBC Indonesia – Bagi kebanyakan orang, sulih teks atau subtitle dalam sebuah film berbahasa asing akan sangat membantu untuk memudahkan memahami inti film tersebut. Namun, tidak bagi Yudi Eko Sentosa. Pengusaha kayu kelahiran Majenang, Cilacap ini malah sibuk belajar Bahasa Inggris dari subtitle film.
“Bahasa Inggris juga otodidak dari film. Jadi kalau orang nonton film fokus sama filmnya. Saya nonton buat belajar Bahasa Inggris dari subtitle di filmnya. Dari Youtube juga,” ujarnya kepada wartawan di Banjarsari, Ciamis, beberapa waktu lalu.
Belajar Bahasa Inggris menjadi sangat krusial bagi Yudi, karena pria yang sempat bekerja di Perum Perhutani berniat menjadi pengusaha ekspor, dengan produk utama kerajinan kayu. Dirinya melihat ada peluang dari komoditas kayu, untuk diolah terlebih dahulu sebelum dijajakan di luar negeri.
Yudi pun mulai membuka usaha jasa ekspor kerajinan kayu di kampung halamannya di Majenang-Cilacap, Jawa Tengah sebelum akhirnya memindahkan kantor perusahaannya, PT Kaytama Sentra Delta (Kaytama) ke Desa Banjarsari-Ciamis, Jawa Barat.
“Cita-cita tersebut didukung oleh keuletan dirinya untuk masuk ke dunia ekspor-impor. Persis dengan caranya belajar Bahasa Inggris, Yudi pun belajar dunia ekspor secara otodidak. Dia mengaku memulai melakukan akses ke luar negeri dengan memanfaatkan media sosial, juga beberapa platform bisnis gratisan. Kendati dari platform tersebut lebih banyak bertemu broker namun dirinya tidak patah arang. Kini terbukti membuahkan hasil,” ujar Yudi.
“Sekitar 10 tahun menjadi nasabah BNI, Kaytama telah melakukan 4 kali siklus kredit atau top up. Di mana pembiayaan teranyar yang diterima mencapai Rp 1,5 miliar pada 2023. Hal ini menunjukkan usaha yang dibangun Yudi telah berkembang dan naik kelas. Dari sisi omzet, tertinggi Kaytama sempat membukukan hingga US$ 2,77 juta (setara Rp 41,55 miliar dengan asumsi kurs Rp 15.000/US$) dalam setahun,” tambahnya.
Kini Yudi bisa berbangga diri karena usaha yang dirintisnya bisa memenuhi prinsip bisnis “Ndeso Rasa Bule” yang diusungnya. Kaytama bisa eksis di 17 negara kendati kantornya terpaut 308 kilometer dari Pusat Kawasan Bisnis Sudirman, Jakarta.
Dirinya pun memiliki target jasa ekspor kayu olahan yang dirintasnya bisa terus berkembang dan bisa memiliki pabrik sendiri, sehingga dapat memberikan manfaat lebih banyak bagi masyarakat sekitar.