Sekitar 100 tahun yang lalu, seorang pengusaha Tionghoa dari Semarang menjadi miliarder dunia berkat penjualan gula. Pengusaha tersebut adalah Oei Tiong Ham yang namanya sangat terkenal dalam sejarah ekonomi Indonesia.
Oei Tiong Ham memulai bisnisnya pada usia 19 tahun, yaitu pada tahun 1885. Ayahnya memberinya tanggung jawab untuk mengelola bisnis keluarga, Kian Gwan. Awalnya, ia berbisnis properti. Namun, secara perlahan berubah menjadi eksportir gula yang menjadi komoditas ekspor penting dari Hindia Belanda.
Perubahan lini bisnis ini menjadi berkah bagi Oei Tiong Ham. Sejak akhir 1880-an, dengan modal pinjaman, Oei Tiong Ham memperoleh keuntungan besar dengan membuka perkebunan tebu baru dan mendirikan pabrik gula. Cara ini berhasil membuatnya memonopoli pasar gula di Jawa.
Keberhasilan ini membuat Oei Tiong Ham mendirikan konglomerasi sendiri bernama Oei Tiong Ham Concern (OTHC) pada tahun 1893. Fokus utamanya tentu saja bisnis gula. Oei Tiong Ham menerapkan modernisasi di struktur manajemen dan operasionalnya.
Dia menolak tata kelola bisnis keluarga dan ingin perusahaan diurus sebaik mungkin oleh para ahli. Banyak pegawai OTHC adalah orang Eropa atau orang Belanda. Selain itu, dia juga melakukan peremajaan operasional. Seluruh pabrik gula OTHC adalah yang pertama menerapkan elektrifikasi di Hindia Belanda.
Dia juga menjalankan keterbukaan terhadap kerjasama perusahaan lain untuk mengembangkan gurita bisnisnya. Salah satunya dengan pengusaha tebu di Malang, Tio Tjin Tiong, dan konglomerat Singapura, Tjong A Fien dan Tjong Yong Hian.
Dalam kurun 1910-1912, OTHC berhasil mengekspor gula sebanyak 200 ribu ton hingga mengalahkan perusahaan Barat. Bahkan, di waktu bersamaan, OTHC sukses menguasai 60% pasar gula di Hindia Belanda. Kantor cabangnya pun tersebar di seluruh dunia, mulai dari India, Singapura hingga London. Tak heran, banyak yang menjulukinya sebagai ‘raja’ gula dunia.
Berkat besarnya bisnis itu, Oei Tiong Ham memiliki kekayaan 200 juta gulden pada masa itu. Uang 1 gulden pada 1925 bisa membeli 20 kg beras. Jika harga beras Rp 10.850/kg, diperkirakan harta kekayaannya senilai Rp 43,4 triliun. Atas dasar inilah, dia dinobatkan sebagai salah satu miliarder di dunia dan Hindia Belanda.