Pedagang Eropa Yang Tidak Berdaya, Berhadapan dengan Emak-Emak Yang Suka Menawar Harga

by -64 Views
Pedagang Eropa Yang Tidak Berdaya, Berhadapan dengan Emak-Emak Yang Suka Menawar Harga

Transaksi di Pasar Asia dan Pengaruhnya pada Pedagang Eropa

Salah satu hal yang pasti terjadi saat bertransaksi di pasar tradisional adalah kegiatan tawar-menawar yang merupakan bagian dari kegiatan berbelanja. Biasanya, tawar-menawar ini melibatkan pembeli yang berusaha membeli barang dengan harga semurah mungkin dan pedagang yang berusaha menjual dengan harga yang sesuai dengan keinginannya.

Saat bertransaksi di Pasar Asia, kebiasaan ini membuat pedagang Eropa merasa kesulitan. Bangsa Eropa terbiasa melakukan transaksi perdagangan secara sistematis, di mana harga yang ditawarkan tidak bisa dinegosiasikan. Namun, saat bertransaksi di pasar Asia, terutama di Indonesia, kebiasaan ini tidak berlaku.

Menurut penjelasan Denys Lombard dalam bukunya yang berjudul Nusa Jawa Silang Budaya (1996), kebanyakan pedagang Eropa merasa kesulitan menghadapi kegiatan tawar-menawar yang menjadi kebiasaan di masyarakat Asia. Mereka merasa sulit karena mereka adalah pendatang yang tidak mengerti bahasa dan kebiasaan lokal.

Selain itu, bahkan ada kasus di mana pedagang Eropa merasa diberi harga mahal oleh penjual hanya karena mereka adalah orang asing. Hal ini membuat mereka merasa seolah-olah menjadi korban penipuan atas transaksi tawar-menawar.

Dalam kegiatan tawar-menawar ini, perempuan memiliki peran yang sentral. Menurut Anthony Reid dalam bukunya yang berjudul Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680, Jilid 1 (1992), sejak abad ke-15, kegiatan pasar di Asia Tenggara sudah sangat dikuasai oleh perempuan. Hal ini membuat pedagang Eropa merasa kesulitan karena mereka tidak terbiasa berurusan dengan perempuan yang menjadi ahli dalam tawar-menawar harga.

Meskipun demikian, sikap orang Eropa yang ogah melakukan tawar-menawar juga membuat warga lokal merasa kesal. Ini terjadi di Maluku sebagaimana dipaparkan Anthony Reid dalam bukunya yang berjudul Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680, Jilid 2 (1992). Orang Belanda ingin membeli barang dengan harga pasti yang ditentukan berdasarkan keinginan mereka, namun para pedagang lokal tidak mau melakukan itu karena bukan kebiasaan mereka. Hal ini menyebabkan ketidakcocokan antara pedagang Eropa dan pedagang lokal, yang akhirnya mempengaruhi perdagangan di wilayah tersebut.