Dari Crazy Rich RI menjadi Ibu Negara China, Nasib Tragis yang Tak Terduga

by -417 Views
Dari Crazy Rich RI menjadi Ibu Negara China, Nasib Tragis yang Tak Terduga

Jakarta, CNBC Indonesia – Ada ungkapan bahwa harta dan jabatan bisa membawa kebahagiaan bagi seseorang. Namun, ungkapan itu tidak berlaku bagi Oei Hui Lan, anak crazy rich Indonesia Oei Tiong Ham yang juga tercatat jadi ibu negara China. Meski harta dan tahta sudah didapat, hidup Hui Lan tidak bahagia dan bernasib tragis.

Bagaimana kisahnya?

Uang Tak Bawa Kebahagiaan
Oei Hui Lan adalah putri raja gula, Oei Tiong Ham. Sejak lahir, Oei Hui Lan sudah terbiasa makan dengan sendok emas di mulutnya. Ayahnya yang juga kelahiran Semarang adalah pengusaha gula ternama yang punya harta mencapai 200 juta gulden atau Rp 44 triliun.
Dalam memoar berjudul No Feast Lasts Forever (1975), dia bercerita bahwa kehidupannya sebagai putri seorang taipan diimpikan oleh semua perempuan di dunia.
Diketahui, dia terlahir dengan paras cantik dan punya segala hal berkat pemberian ayahnya. Rumahnya saja di Semarang seluas 80 hektar dilengkapi vila pribadi, paviliun, danau buatan, dan kebun binatang. Belum lagi, dia juga punya banyak pembantu dan koki. Jika bosan di rumah, dia hanya tinggal menunjuk sembarang lokasi untuk berlibur.
Namun, di balik kegemilangan itu, Oei Hui Lan mengaku tak bahagia sepanjang hidupnya.
Sejak kecil Hui Lan selalu diselimuti kesepian. Dia tak punya teman akrab karena bersekolah secara private di rumah. Lalu, dia juga tak mendapat perhatian berlebih dari orang tua. Sang ayah sibuk berbisnis dan ibunya lebih aktif mengurusi kakak perempuannya.
Ironisnya, agar tak kesepian dia pun memilih bermain bersama binatang di kebun binatang pribadi. Diketahui, dia memiliki anjing, monyet, dan kangguru yang sehari-hari menemani. Atas sikap seperti ini, ibunya seringkali menganggap Hui Lan nakal dan liar.
“Padahal saya hanya merasa kesepian,” kata Oei Hui Lan membela diri.
Lalu saat beranjak dewasa dia harus menelan fakta pahit bahwa ayah yang dicintai mendua dengan perempuan lain. Sang ayah ingin punya anak laki-laki, tetapi dari pernikahan dia diberi anak perempuan, termasuk Oei Hui Lan. Alhasil, ayahnya pun punya banyak gundik untuk dapat anak laki-laki.
Pada titik ini, dia merasa sangat sedih sebab ayah lebih memilih hidup bersama gundik dan meninggalkannya seorang diri. Memang, Oei Tiong Ham selalu memberikan uang, tetapi ada hal lebih yang diinginkan Hui Lan, yakni kasih sayang orang tua.
Sejak kejadian itu, Hui Lan tinggal di London bersama ibunya. Singkat cerita, kehidupan di London lantas membuatnya berkenalan dengan banyak pria hingga ke jenjang pernikahan. Di sana, dia menikah dengan dua pria dalam waktu berbeda, yakni seorang dokter dan diplomat China.
Keduanya membuat hidup Oei Hui Lan bisa berubah. Uang dan keluarga baru bisa diraih. Bahkan pernikahan dengan diplomat China bernama Wellington Koo membuatnya bisa dapat tempat terhormat sebagai ibu negara China periode 1926-1927.
Meski begitu, lagi-lagi dia mengaku tak bahagia. Apalagi pernikahan tersebut berujung pada perceraian. Pada kondisi ini, dia hidup seorang diri. Ayah, ibu, saudara-saudara, dan suami pergi meninggalkannya. Dia pun menyesal atas perjalanan hidup selama ini.
“Kebahagiaan yang kami dapatkan dalam hidup ini hanya sesaat dan ketika menyaksikan satu per satu orang yang saya cintai pergi, sekali lagi harta yang saya miliki tidak dapat menghibur saya atau mengembalikan mereka,” kenang Oei.
Atas dasar inilah, masa-masa tua Oei Hui Lan diselimuti kesepian dan penyesalan. Semasa hidup, dia selalu mementingkan uang dan jabatan, tetapi tak pernah bahagia. Apalagi, kekayaan juga membawa malapetaka. Akibat warisan orang tua, dia bertengkar dengan saudara. Lalu, akibat terlalu kaya, dia juga jadi target perampokan.
Atas dasar inilah dalam memoar dia menyebut ingin memutar kembali waktu dan memulai hidup dengan kesederhanaan. Perasaan seperti itu terus berlanjut hingga Oei Hui Lan wafat di New York pada 1992.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya
Rahasia Kelezatan Coca Cola Tempo Dulu Sempat Pakai Narkoba

(mfa/sef)