PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), melalui Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) bekerja sama dengan Duta Ekspor Indonesia Timur telah menghasilkan pelaku UMKM yang berhasil menembus pasar ekspor, terutama dari Indonesia Timur.
Dalam rangka Program Keberlanjutan “Sampoerna Untuk Indonesia” bersama Yayasan Business & Export Development Organization (BEDO), SETC berupaya membuka akses pasar domestik dan internasional. Setelah melalui seleksi, pendampingan, dan pelatihan, Sampoerna membawa Dekema untuk berpartisipasi dalam pameran Trade Expo Indonesia 2023 di ICE BSD, Tangerang, Banten, yang merupakan pengalaman pertama bagi Marvio.
Marvio B. Pantas (28 tahun), pemilik UMKM Dekema, memiliki minat dalam memberdayakan masyarakat, yang mendorongnya untuk memulai usahanya. Dekema membantu petani dari Pulau Sangihe, salah satu pulau terluar Indonesia, dalam memasarkan produk mereka. Sudah berdiri sejak 2021, Dekema saat ini menjadi salah satu Duta Ekspor Indonesia Timur yang mewakili Provinsi Sulawesi Utara.
Marvio mengatakan sebagai UMKM dari pulau terluar, ia merasa bangga dapat berpartisipasi dalam Trade Expo Indonesia 2023. Melalui acara ini, ia berharap produk komoditas unggulan dari Sangihe, seperti olahan pala, vanila, dan minyak kelapa, dapat dikenal secara luas, dan diekspor dengan nilai tambah, bukan hanya sebagai bahan baku.
“Saya berharap Trade Expo Indonesia dapat memperkenalkan produk kami di daerah sekaligus membuka akses pasar dan berkenalan dengan pembeli untuk ekspor,” kata Marvio saat berada di Trade Expo Indonesia 2023.
Marvio bercerita bahwa sejak kuliah, ia ingin kembali ke desa dan memiliki usaha. Setelah aktif di berbagai organisasi, lulusan Sastra Inggris dari Universitas Negeri Manado (UNIMA) ini menyadari bahwa desa memiliki potensi ekonomi, terutama dalam komoditas. Pada awalnya, pada tahun 2020, Marvio aktif mengedukasi petani untuk menggarap potensi lokal di Sangihe. Namun, seiring berjalannya waktu, ia menyadari bahwa ada kebutuhan untuk menciptakan produk dengan nilai ekonomi.
“Jika tidak ada produk yang bisa dijual, rasanya kurang, karena petani membutuhkan sesuatu yang nyata. Pada tahun 2021, kami memulai produksi awal minyak kelapa,” ungkapnya.
Setelah yakin dengan prospek usahanya, Marvio meminjam uang senilai Rp 50 juta dari keluarganya untuk merintis usaha Dekema. Dana tersebut digunakan untuk membeli peralatan dan keperluan lainnya. Berkat kerja keras, usaha Dekema berhasil melunasi pinjaman dan mulai menguntungkan.
Bergabungnya Marvio sebagai Duta Ekspor Indonesia Timur berawal dari informasi singkat tentang program ini ketika ia bertugas di Toraja sebagai pendamping desa dalam Program Patriot Energi Kementerian ESDM. Bersama dengan duta ekspor lainnya dari Indonesia Timur, Marvio kemudian menjalani sejumlah pelatihan dari SETC dan BEDO di Bali, yang difokuskan pada peningkatan kapasitas kewirausahaan dan ekspor.
“Setelah mengikuti pelatihan dengan Sampoerna, saya belajar banyak hal, seperti pentingnya melihat komoditas di desa dan alasan mengapa perlu diekspor. Saya menyadari bahwa ini tidak mudah, tapi bisa dilakukan,” katanya.
Saat ini, Dekema telah bermitra dengan 50 petani di dua desa di Sangihe. Dari pelatihan dan pendampingan SETC dan BEDO, Marvio menemukan setidaknya ada 3 tantangan dalam memasarkan produk komoditas asal Sulawesi Utara dan Sangihe, terutama untuk ekspor. Pertama, banyak komoditas di desa tidak memiliki kualitas yang seragam seperti yang diminta oleh pembeli. Kedua, keberlanjutan produk karena petani umumnya bekerja berdasarkan musim. Ketiga, tantangan dalam transportasi untuk mengirimkan barang ke luar negeri.
“Harapan saya adalah agar pendampingan dan pelatihan dari SETC ini terus berlanjut karena sangat membantu,” ujarnya.
SETC adalah program pelatihan kewirausahaan terintegrasi yang telah ada sejak tahun 2007. SETC memiliki fasilitas pelatihan sebagai sarana pendukung yang berlokasi di Pasuruan, Jawa Timur, dengan luas lahan 27 hektar. SETC aktif memberikan pelatihan terpadu dalam bidang kewirausahaan, mulai dari soft skill hingga hard skill, guna meningkatkan kapasitas dan membantu UMKM untuk maju. Hingga akhir tahun 2022, SETC telah memberikan pelatihan kepada lebih dari 67.000 peserta dari seluruh Indonesia. Selain pelatihan, SETC juga menyediakan fasilitas riset terapan, pendampingan dan jejaring pasar, konsultasi usaha, serta jejaring UMKM.
Sementara itu, BEDO adalah yayasan nirlaba yang berbasis di Bali dan fokus pada pendampingan dan pelatihan UMKM untuk ekspor. Marvio menjelaskan bahwa saat ini sebagian besar produk Dekema, seperti pala, vanila, dan minyak kelapa, dipasarkan di Manado. Masyarakat umum dapat memesan produk Dekema melalui media sosial seperti Instagram @de_kema20. Saat ini, Dekema sedang merintis produk baru seperti isotonik pala.
“Ini sudah mendekati akhir tahun, nanti ketika keluarga berkunjung, kami akan menyajikan produk kami sebagai oleh-oleh. Jika respons positif, kami akan serius mengembangkannya,” tutupnya.