Karyawan Sering Dituduh Malas & Lambat oleh Bos Akibat Penjajahan

by -266 Views
Karyawan Sering Dituduh Malas & Lambat oleh Bos Akibat Penjajahan

Hubungan antara bos dan karyawan dalam suatu entitas bisnis seringkali menyebalkan. Bos, sebagai pemilik modal, seringkali menganggap para pekerja malas hanya karena kinerjanya tidak memenuhi harapan. Sebagai contoh, pekerja seringkali dituduh malas hanya karena tidak mencapai target kerja dan sekaligus menuntut kenaikan gaji untuk hidup lebih sejahtera. Akhirnya, tuduhan malas dan tuntutan karyawan seringkali berujung pada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Asumsi ini tentu saja tidak benar dan sebenarnya hanya memperpanjang warisan kolonialisme. Sejarah mencatat bahwa tuduhan malas terhadap pekerja berasal dari sistem penjajahan. Para pekerja dianggap malas hanya karena mereka menolak menjadi alat produksi kapitalis dan untuk menghindari pekerjaan sebagai budak.

Sosiolog Malaysia kelahiran Bogor, Syed Hussein Alatas, berhasil membongkar mitos ini dalam karyanya “Mitos Pribumi Malas: Citra Orang Jawa, Melayu, dan Filipina dalam Kapitalisme Kolonial” (1988). Dia menjelaskan bahwa tuduhan malas berasal dari sistem kolonialisme pada abad ke-19 ketika eksploitasi kolonial membutuhkan kontrol yang kuat terhadap daerah jajahan.

Menurut Alatas, orang Jawa, Melayu, dan Filipina sebenarnya bukanlah pekerja malas. Mereka hanya menolak bekerja di perkebunan dan tidak ingin menjadi alat produksi kapitalis yang dikuasai oleh penjajah. Tuduhan malas hanya digunakan sebagai landasan untuk penindasan dan eksploitasi pekerja pribumi.

Sayangnya, meskipun era tanam paksa telah berakhir pada abad ke-20, tuduhan malas terhadap pekerja pribumi tetap berlanjut. Pandangan ini terus diwariskan oleh para penguasa pribumi dan bahkan oleh pihak barat untuk membenarkan upah murah. Pandangan bahwa orang pribumi malas terus tersisa hingga saat ini dalam hubungan antara pemilik modal dan pekerja.