Pulau di Indonesia Berubah Menjadi Legenda Ribuan Tahun dan Buruan Dunia

by -1393 Views
Pulau di Indonesia Berubah Menjadi Legenda Ribuan Tahun dan Buruan Dunia

Jakarta, CNBC Indonesia – Emas sering dianggap sebagai aset yang stabil dan aman sejak lama. Oleh karena itu, ketika kabar tentang pulau emas terdengar, banyak orang berlomba-lomba untuk mencari barang berharga tersebut.

Namun, siapa sangka, pulau emas yang menjadi legenda dalam naskah kuno ternyata bukan sekadar fiksi. Pulau emas tersebut terbukti nyata dan menariknya berada di Indonesia.

Bagaimana ceritanya?

Dalam masa klasik, orang-orang dan para pujangga di berbagai wilayah dunia telah memiliki cerita dan catatan mengenai pulau emas di wilayah yang tidak jelas. Di India, berbagai karya klasik dan syair mengisahkan keberadaan pulau emas di seberang lautan. Kisah Ramayana juga menggambarkan pelayaran ke pulau emas yang disebut Suvarnabhumi.

Para ahli Yunani dan Romawi pada zaman 31 SM hingga 416 Masehi juga menyebut hal yang sama. Mereka selalu berbicara tentang keberadaan pulau kaya emas di selatan India. Bahkan, ada teks dari abad ke-1 Masehi yang secara spesifik menyebut lokasi pulau emas berada di garis khatulistiwa.

Di China, terdapat naskah kuno dari Dinasti Ming (abad ke-14) yang menyebut negeri San Fo Tjai sebagai kawasan kaya akan emas di selatan.

Berbagai peradaban kuno dunia menyebut bahwa pulau emas, yang sesuai namanya, kaya akan emas. Setiap orang yang pergi ke sana pasti akan sukses. Karena setiap lapisan tanah terdapat emas.

Keberadaan pulau emas baru terbukti di era penjelajahan samudera pada abad ke-15. Ternyata, pulau emas yang menjadi legenda ribuan tahun di seluruh dunia berada di Nusantara yang kini menjadi Indonesia, yakni Sumatra.

Sejarawan O.W Wolters dalam bukunya “Kebangkitan dan Kejayaan Sriwijaya Abad III-VII” (2017) menyebut catatan tersebut sebagai bukti popularitas Asia Tenggara dan Sumatra sebagai sumber emas penting.

Perkembangan pengetahuan semakin membuktikan bahwa pulau emas Sumatra bukan sekadar khayalan. Para penduduk mulai melakukan penggalian. Di Sumatra Barat, contohnya, William Marsden dalam bukunya “The History of Sumatra” (1811) mencatat bahwa Padang menerima 10 ribu ons atau 283 Kg emas dari 1.200 tambang di pedalaman pada abad ke-19.

Kota Padang menerima emas senilai 1 juta gulden dari setiap tambangnya. Di Aceh, Denys Lombard dalam bukunya “Kerajaan Aceh” (1986) menjelaskan bahwa kerajaan memiliki 300 tambang emas. Setiap tambang bisa menghasilkan emas murni 24 karat yang tidak pernah habis.

Ketika kolonialis Belanda tiba, eksplorasi dan eksploitasi besar-besaran emas Sumatra dimulai. Emas menjadi sumber cuan yang potensial selain rempah-rempah. Penduduk lokal juga menjadikan emas sebagai sumber penghasilan. Mereka mengolah emas untuk diperdagangkan, dan dari situlah lahir pengusaha-pengusaha kaya raya berkat bisnis dan kepemilikan emas. Pengusaha-pengusaha ini kemudian memberikan sumbangannya untuk pembangunan Indonesia pada masa kemerdekaan.

Hingga saat ini, penambangan emas masih berlanjut meskipun jumlahnya menurun dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia, seperti Papua.

(mkh/mkh)