Pada hakikatnya, manusia memiliki kepribadian yang berbeda-beda, meskipun dalam situasi dan kondisi yang serupa. Hal ini juga berlaku bagi seorang raja.
Ada raja yang berbaik hati dan dicintai rakyatnya, namun ada juga yang tamak dan semena-mena saat memiliki kekuasaan dan kekayaan. Dua kisah tentang Raja Jawa dari masa lalu menggambarkan perbedaan tersebut.
Raja Jawa Mangkunegara VI, yang berkuasa pada tahun 1896, memilih hidup sederhana dan pro-rakyat. Meskipun memiliki kekuasaan dan kekayaan, dia menolak kemewahan dan membuat terobosan-terobosan yang membuatnya dicintai oleh rakyat. Dia melakukan reformasi besar-besaran, menyederhanakan berbagai macam pesta, dan mengalihkan kas kerajaan untuk kepentingan rakyat.
Di sisi lain, Raja Amangkurat I dari Mataram menjadi ganas setelah pindah ke istana baru di Plered. Dia melakukan kekejaman, menghabisi lawan-lawannya, dan berkuasa dengan cara bengis. Namun, kekejamannya membuat orang-orang ketakutan, dan akhirnya, para loyalis dan pendukungnya berbalik arah. Istana Amangkurat I akhirnya jatuh ke tangan pasukan Madura pimpinan Raden Trunojoyo.
Kisah dua raja ini menggambarkan perbedaan dalam kepemimpinan dan karakter seorang pemimpin. Salah satu memilih hidup sederhana dan pro-rakyat, sementara yang lain menjadi kejam dan kehilangan dukungan rakyatnya.