Pejabat pembuat kebijakan sering membuat rakyat geram. Mereka seharusnya mensejahterakan rakyat, namun malah membuat keputusan yang memberatkan dan menimbulkan sikap antipati dari rakyat. Salah satu contoh tragis terjadi pada pejabat di Jakarta (dulu Batavia) bernama Qiu Zuguan. Qiu kerap membuat kebijakan yang memberatkan sehingga dicintai oleh rakyat. Bahkan saat Qiu meninggal, tidak ada yang mau mengantarkan jasadnya ke liang lahat karena dibenci oleh rakyat.
Qiu diangkat menjadi pejabat oleh Gubernur Jenderal VOC, Joan van Hoorn, pada 1705. Dia ditugaskan menarik pajak dari perpindahan orang China yang kembali ke negara asal mereka. Selama menjadi pejabat, Qiu membuat kebijakan memberatkan, seperti membebankan pajak perkawinan kepada orang China. Orang China di Batavia selalu menjadi sasaran utama wajib pajak dan harus membayar pajak kepala dan kuku.
Kebencian terhadap Qiu semakin meluas, bukan hanya dari orang China tapi juga orang Belanda dan pribumi. Qiu memaksa warga Batavia untuk membeli sertifikat kematian dari lembaganya. Rakyat semakin dibebani dan membenci Qiu hingga pada saat kematiannya, tidak ada yang mau mengantarkan jasadnya ke kuburan.
Jasad Qiu akhirnya diusung oleh warga lokal untuk dimakamkan. Meskipun sudah dimakamkan, masih banyak warga yang masih membenci Qiu Zuguan.
